Makna Dari Semar Badranaya
Kyai Lurah Semar Badranaya adalah nama tokoh panakawan paling utama dalam pewayangan Jawa dan Sunda. Tokoh ini dikisahkan sebagai pengasuh sekaligus penasihat para kesatria dalam pementasan kisah-kisah Mahabharata dan Ramayana. Tentu saja nama Semar tidak ditemukan dalam naskah asli kedua wiracarita tersebut yang berbahasa Sansekerta, karena tokoh ini merupakan asli ciptaan pujangga Jawa.
Sejarah Semar
Menurut sejarawan Prof. Dr. Slamet Muljana, tokoh Semar pertama kali ditemukan dalam karya sastra zaman Kerajaan Majapahit berjudul Sudamala. Selain dalam bentuk kakawin, kisah Sudamala juga dipahat sebagai relief dalam Candi Sukuh yang berangka tahun 1439.
Semar dikisahkan sebagai abdi atau hamba tokoh utama cerita tersebut, yaitu Sahadewa dari keluarga Pandawa. Tentu saja peran Semar tidak hanya sebagai pengikut saja, melainkan juga sebagai pelontar humor untuk mencairkan suasana yang tegang.
Pada zaman berikutnya, ketika kerajaan-kerajaan Islam berkembang di Pulau Jawa, pewayangan pun dipergunakan sebagai salah satu media dakwah. Kisah-kisah yang dipentaskan masih seputar Mahabharata yang saat itu sudah melekat kuat dalam memori masyarakat Jawa. Salah satu ulama yang terkenal sebagai ahli budaya, misalnya Sunan Kalijaga. Dalam pementasan wayang, tokoh Semar masih tetap dipertahankan keberadaannya, bahkan peran aktifnya lebih banyak daripada dalam kisah Sudamala.
Dalam perkembangan selanjutnya, derajat Semar semakin meningkat lagi. Para pujangga Jawa dalam karya-karya sastra mereka mengisahkan Semar bukan sekadar rakyat jelata biasa, melaikan penjelmaan Batara Ismaya, kakak dari Batara Guru, raja para dewa.
Asal Usul Semar
Terdapat beberapa versi tentang kelahiran atau asal-usul Semar. Namun semuanya menyebut tokoh ini sebagai penjelmaan dewa.
Dalam naskah Serat Kanda dikisahkan, penguasa kahyangan bernama Sanghyang Nurrasa memiliki dua orang putra bernama Sanghyang Tunggal dan Sanghyang Wenang. Karena Sanghyang Tunggal berwajah jelek, maka takhta kahyangan pun diwariskan kepada Sanghyang Wenang. Dari Sanghyang Wenang kemudian diwariskan kepada putranya yeng bernama Batara Guru. Sanghyang Tunggal kemudian menjadi pengasuh para kesatria keturunan Batara Guru, dengan nama Semar.
Dalam naskah Paramayoga dikisahkan, Sanghyang Tunggal adalah anak dari Sanghyang Wenang. Sanghyang Tunggal kemudian menikah dengan Dewi Rakti, seorang putri raja jin kepiting bernama Sanghyang Yuyut. Dari perkawinan itu lahir sebutir mustika berwujud telur yang kemudian berubah menjadi dua orang pria. Keduanya masing-masing diberi nama Ismaya untuk yang berkulit hitam, dan Manikmaya untuk yang berkulit putih. Ismaya merasa rendah diri sehingga membuat Sanghyang Tunggal kurang berkenan. Takhta kahyangan pun diwariskan kepada Manikmaya, yang kemudian bergelar Batara Guru. Sementara itu Ismaya hanya diberi kedudukan sebagai penguasa alam Sunyaruri, atau tempat tinggal golongan makhluk halus. Putra sulung Ismaya yang bernama Batara Wungkuham memiliki anak berbadan bulat bernama Janggan Smarasanta, atau disingkat Semar. Ia menjadi pengasuh keturunan Batara Guru yang bernama Resi Manumanasa dan berlanjut sampai ke anak-cucunya. Dalam keadaan istimewa, Ismaya dapat merasuki Semar sehingga Semar pun menjadi sosok yang sangat ditakuti, bahkan oleh para dewa sekalipun. Jadi menurut versi ini, Semar adalah cucu dari Ismaya.
Dalam naskah Purwakanda dikisahkan, Sanghyang Tunggal memiliki empat orang putra bernama Batara Puguh, Batara Punggung, Batara Manan, dan Batara Samba. Suatu hari terdengar kabar bahwa takhta kahyangan akan diwariskan kepada Samba. Hal ini membuat ketiga kakaknya merasa iri. Samba pun diculik dan disiksa hendak dibunuh. Namun perbuatan tersebut diketahui oleh ayah mereka. Sanghyang Tunggal pun mengutuk ketiga putranya tersebut menjadi buruk rupa. Puguh berganti nama menjadi Togog sedangkan Punggung menjadi Semar. Keduanya diturunkan ke dunia sebagai pengasuh keturunan Samba, yang kemudian bergelar Batara Guru. Sementara itu Manan mendapat pengampunan karena dirinya hanya ikut-ikutan saja. Manan kemudian bergelar Batara Narada dan diangkat sebagai penasihat Batara Guru.
Dalam naskah Purwacarita dikisahkan, Sanghyang Tunggal menikah dengan Dewi Rekatawati putra Sanghyang Rekatatama. Dari perkawinan itu lahir sebutir telur yang bercahaya. Sanghyang Tunggal dengan perasaan kesal membanting telur itu sehingga pecah menjadi tiga bagian, yaitu cangkang, putih, dan kuning telur. Ketiganya masing-masing menjelma menjadi laki-laki. Yang berasal dari cangkang diberi nama Antaga, yang berasal dari putih telur diberi nama Ismaya, sedangkan yang berasal dari kuningnya diberi nama Manikmaya. Pada suatu hari Antaga dan Ismaya berselisih karena masing-masing ingin menjadi pewaris takhta kahyangan. Keduanya pun mengadakan perlombaan menelan gunung. Antaga berusaha melahap gunung tersebut dengan sekali telan namun justru mengalami kecelakaan. Mulutnya robek dan matanya melebar. Ismaya menggunakan cara lain, yaitu dengan memakan gunung tersebut sedikit demi sedikit. Setelah melewati bebarpa hari seluruh bagian gunung pun berpindah ke dalam tubuh Ismaya, namun tidak berhasil ia keluarkan. Akibatnya sejak saat itu Ismaya pun bertubuh bulat. Sanghyang Tunggal murka mengetahui ambisi dan keserakahan kedua putranya itu. Mereka pun dihukum menjadi pengasuh keturunan Manikmaya, yang kemudian diangkat sebagai raja kahyangan, bergelar Batara Guru. Antaga dan Ismaya pun turun ke dunia. Masing-masing memakai nama Togog dan Semar.
Semar Versi jawa
Semar dalam bahasa Jawa (filosofi Jawa) disebut Badranaya
Bebadra = Membangun sarana dari dasar
Naya = Nayaka = Utusan mangrasul
Artinya : Mengemban sifat membangun dan melaksanakan perintah Allah demi kesejahteraan manusia
Javanologi : Semar = Haseming samar-samar
Harafiah : Sang Penuntun Makna Kehidupan
Semar tidak lelaki dan bukan perempuan, tangan kanannya keatas dan tangan kirinya kebelakang. Maknanya :
"Sebagai pribadi tokoh semar hendak mengatakan simbul Sang Maha Tunggal". Sedang tangan kirinya bermakna "berserah total dan mutlak serta sekaligus simbol keilmuan yang netral namun simpatik".
Domisili semar adalah sebagai lurah karangdempel / (karang = gersang) dempel = keteguhan jiwa.
Rambut semar "kuncung" (jarwadasa/pribahasa jawa kuno) maknanya hendak mengatakan : akuning sang kuncung = sebagai kepribadian pelayan. Semar sebagai pelayan mengejawantah melayani umat, tanpa pamrih, untuk melaksanakan ibadah amaliah sesuai dengan sabda Ilahi.
Semar barjalan menghadap keatas maknanya :
"dalam perjalanan anak manusia perwujudannya ia memberikan teladan agar selalu memandang keatas (sang Khaliq ) yang maha pengasih serta penyayang umat".
Kain semar Parangkusumorojo: perwujudan Dewonggowantah (untuk menuntun manusia) agar memayuhayuning bawono : menegakan keadilan dan kebenaran di bumi.
Ciri sosok semar adalah:
- Semar berkuncung seperti kanak kanak,namun juga berwajah sangat tua
- Semar tertawannya selalu diakhiri nada tangisan
- Semar berwajah mata menangis namun mulutnya tertawa
- Semar berprofil berdiri sekaligus jongkok
- Semar tak pernah menyuruh namun memberikan konsekwensi atas nasehatnya
Kebudayaan Jawa telah melahirkan religi dalam wujud kepercayaan terhadap Tuhan yang Maha Esa, yaitu adanya wujud tokoh wayang Semar, jauh sebelum masuknya kebudayaan Hindu, Budha dan Islam di tanah Jawa.
Dikalangan spiritual Jawa ,Tokoh wayang Semar ternyata dipandang bukan sebagai fakta historis, tetapi lebih bersifat mitologi dan symbolis tentang KeEsa-an, yaitu: Suatu lambang dari pengejawantahan expresi, persepsi dan pengertian tentang Illahi yang menunjukkan pada konsepsi spiritual. Pengertian ini tidak lain hanyalah suatu bukti yang kuat bahwa orang Jawa sejak jaman prasejarah adalah Relegius dan ber keTuhan-an yang Maha Esa.
Dari tokoh Semar wayang ini akan dapat dikupas ,dimengerti dan dihayati sampai dimana wujud religi yang telah dilahirkan oleh kebudayaan Jawa .
Semar (pralambang ngelmu gaib) - kasampurnaning pati.
Gambar kaligrafi jawa tersebut bermakna :
Bojo sira arsa mardi kamardikan, ajwa samar sumingkiring dur-kamurkan. Mardika artinya "merdekanya jiwa dan sukma", maksudnya dalam keadaan tidak dijajah oleh hawa nafsu dan keduniawian, agar dalam menuju kematian sempurna tak ternodai oleh dosa.
Manusia jawa yang sejati dalam membersihkan jiwa (ora kebanda ing kadonyan, ora samar marang bisane sirna durka murkamu) artinya : "dalam menguji budi pekerti secara sungguh-sungguh akan dapat mengendalikan dan mengarahkan hawa nafsu menjadi suatu kekuatan menuju kesempurnaan hidup".
Semar Versi Sunda
Badannya pendek, tambun, berkulit hitam pekat tetapi wajahnya putih kepalanya berkuncung sejumput rambut berwarna putih. Tokoh ini bernama Semar. Jabatannya lurah di Desa Karang Tumaritis termasuk wilayah Kabupaten Madukara, Pandawa. Karena itu ia sering pula disebut Lurah Semar atau Lurah Kudapawana.
Abdi dalem Kerajaan Pandawa itu hidup amat sederhana bersama istrinya, Dewi Sutiragen (Sudiragen) seorang putri raja serta tiga anaknya. Ada perbedaan urutan anak-anak Semar di dalam pewayangan Jawa dan Sunda. Dalam pewayangan Jawa, anak sulung Semar bernama Gareng kemudian Petruk dan yang bungsu bernama Bagong. Sedangkan dalam pewayangan Sunda, anak sulung bernama Cepot alias Sastrajingga alias Bagong Kedua bernama Dawala dengan nama kecil Udel, dan yang bungsu bernama Gareng alias Nalagareng.
Keluarga panakawan itu sama sekali tidak ada dalam wayang babon (asli India). Keluarga Semar dan keluarga Togog Wijomantri, adik kandung Semar, benar-benar tokoh artifisial (hasil rekayasa) yang “dilekatkan” pujangga kita ke dalam pewayangan. Karena artifisial, Semar ada pada semua cerita wayang, baik galur yakni babad Lokapala, Ramayana, dan Mahabarata, maupun cerita sempalan.
Meskipun artifisial, keberadaan Semar dalam wayang purwa tidak tampak seperti tempelan. Tokoh itu larut dalam alur cerita dengan peranan yang sangat jelas. Memang dalam cerita babad Lokapala dan Ramayana, Semar tidak punya peran apa-apa kecuali sebagai panakawan (abdi dalem). Begitu pula Togog, ia menjadi pelayan Kerajaan Alengkadirja. Namun pada Mahabarata dan semua sempalannya, justru Semar menjadi tokoh sentral.
Semar “dimasukkan” pencipta lakon sebagai tokoh yang memiliki peran multidimensi, antara lain, pembawa misi kerakyatan, penumpas kejahatan, panakawan sekaligus guru, penghibur atau pelipur lara. Di samping itu ia juga ternyata secara spiritual punya kedudukan tertinggi di antara tokoh wayang. Ia penjelmaan Dewa Ismaya, putra sulung Sanghiang Wenang. Semua dewa di Sawarga Maniloka tunduk pada Ismaya. Batara Guru sebagai penguasa Indraloka itu tidak punya arti apa-apa di hadapan Semar Cipta Ismaya. Ia jadi penguasa hanya karena Ismaya sebagai pewaris takhta sedang menyamar sebagai Semar Lurah Kudapawana.
Di sawarga saja ia sebagai penguasa apalagi di bumi. Pandawa sangat menghormati Semar karena Semarlah pemilik pusaka kerajaan Kalimasada. Pusaka itu dipegang oleh Raja Darmakusumah alias Samiaji sebagai barang titipan. Karena ada Semar, Pandawa selalu terhindar dari malapetaka. Karena ada Semar dan anak-anaknya, cerita dan pertunjukan wayang menjadi segar dan hidup.
Seperti Lengser pada legenda dan babad Sunda, goro-goro dalam sandiwara, atau klon pada drama Shakespeare, Semar dan anak-anak merupakan penghubung antara pertunjukan dan penonton. Melalui Semar dan anak-anaknya, dalang berkomunikasi dengan penonton, menyampaikan pesan, gagasan, dan kritik. Dengan sangat cekatan, dalang “mengeluarkan” Semar dan anak-anaknya dari alur cerita bahkan dari lingkup pertunjukan. Semar dan anak-anaknya bersatu padu dengan penonton. Ia larut dalam kehidupan luas, mengembangkan wacana menjadi dialog. Mereka, Semar dan anak-anaknya benar-benar menjadi manusia biasa, anggota masyarakat, rakyat kecil yang memiliki kebebasan mengeluarkan pendapat. Semar dan anak-anaknya menjadi media dakwah yang sangat efektif.
Pertunjukan wayang tanpa Semar dan anak-anaknya, terasa hambar dan monoton. Karena itu fungsi dan peranan Semar dan anak-anaknya menjadi sangat penting terutama dalam menciptakan suasana dialogis dan komunikatif. Hubungan penonton dengan tontonan menjadi sangat erat. Dalam dunia teater, hubungan harmonis yang juga apresiatif seperti itulah yang bisa membangun suasana musikal.
Meskipun Semar, lengser, goro-goro, dan klon punya fungsi dan peran yang sama, pada sisi lain, Semar punya fungsi dan peran yang bukan hanya sebagai selingan. Semar dan anak-anaknya menjadi lambang sekaligus cermin rakyat. Dengan jabatan lurah, Semar menjadi pemuka masyarakat. Ia dan anak-anaknya menjadi penghubung rakyat dengan pemerintah. Kedudukan Semar sebagai rakyat harus tunduk kepada ketentuan bahkan menjadi abdi negara. Namun pada dasarnya Semarlah (baca: rakyatlah) pemilik negara itu. Artinya Semarlah sebenarnya pemegang kedaulatan Pandawa. Sebagai rakyat ia mengamanatkan kedaulatannya kepada raja. Hal itu dilambangkan dengan Kalimasada, pusaka Semar yang dititipkan kepada Darmakusumah.
Agar kedudukan Semar sebagai pemegang kedaulatan lebih tegas lagi, para wali yang mengadaptasi cerita wayang, membekali Semar dengan kesaktian dan asal-usul yang jauh lebih hebat daripada para Pandawa. Karena itu para dalang menyebut Semar sebagai wayang agung, kelir miraga sukma. Bila perlu, dengan mudah Semar dapat mengambil alih takhta kerajaan. Kesaktian raja dan para putra Pandawa lainnya tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan kesaktian Semar. Akan tetapi Semar tidak melakukan itu. Sebagai rakyat dan abdi negara, ia taat dan tunduk kepada hukum atau aturan main yang berlaku.
Bukankah tatanan seperti itu merupakan prinsip demokrasi? Kalau jawabannya ya, artinya karuhun bangsa kita sudah berpikir demokratis dan itu terjadi sekira abad ke-16 atau abad awal masuknya Islam ke nusantara. Lalu, mengapa lima abad kemudian kita masih belum memahami benar prinsip demokrasi? Sekarang sering kita baca dan sering kita dengar, bangsa kita tengah berada pada era demokratisasi atau berada pada proses demokratisasi bahkan kita masih belajar demokrasi. Itu berarti kita tertinggal jauh bukan saja oleh bangsa lain tetapi juga oleh karuhun kita sendiri.
Silsilah Dan Keluarga
Dalam pewayangan dikisahkan, Batara Ismaya sewaktu masih di kahyangan sempat dijodohkan dengan sepupunya yang bernama Dewi Senggani. Dari perkawinan itu lahir sepuluh orang anak, yaitu:
Batara Wungkuham
Batara Surya
Batara Candra
Batara Tamburu
Batara Siwah
Batara Kuwera
Batara Yamadipati
Batara Kamajaya
Batara Mahyanti
Batari Darmanastiti
Semar sebagai penjelmaan Ismaya mengabdi untuk pertama kali kepada Resi Manumanasa, leluhur para Pandawa. Pada suatu hari Semar diserang dua ekor harimau berwarna merah dan putih.
Manumanasa memanah keduanya sehingga berubah ke wujud asli, yaitu sepasang bidadari bernama Kanistri dan Kaniraras. Berkat pertolongan Manumanasa, kedua bidadari tersebut telah terbebas dari kutukan yang mereka jalani. Kanistri kemudian menjadi istri Semar, dan biasa dipanggil dengan sebutan Kanastren. Sementara itu, Kaniraras menjadi istri Manumanasa, dan namanya diganti menjadi Retnawati, karena kakak perempuan Manumanasa juga bernama Kaniraras.
Pasangan panakawan
Dalam pewayangan Jawa Tengah, Semar selalu disertai oleh anak-anaknya, yaitu Gareng, Petruk, dan Bagong. Namun sesungguhnya ketiganya bukan anak kandung Semar. Gareng adalah putra seorang pendeta yang mengalami kutukan dan terbebas oleh Semar. Petruk adalah putra seorang raja bangsa Gandharwa. Sementara Bagong tercipta dari bayangan Semar berkat sabda sakti Resi Manumanasa.
Dalam pewayangan Sunda, urutan anak-anak Semar adalah Cepot, Dawala, dan Gareng. Sementara itu, dalam pewayangan Jawa Timuran, Semar hanya didampingi satu orang anak saja, bernama Bagong, yang juga memiliki seorang anak bernama Besut.
Bentuk Fisik
Semar memiliki bentuk fisik yang sangat unik, seolah-olah ia merupakan simbol penggambaran jagad raya. Tubuhnya yang bulat merupakan simbol dari bumi, tempat tinggal umat manusia dan makhluk lainnya.
Semar selalu tersenyum, tapi bermata sembab. Penggambaran ini sebagai simbol suka dan duka. Wajahnya tua tapi potongan rambutnya bergaya kuncung seperti anak kecil, sebagai simbol tua dan muda. Ia berkelamin laki-laki, tapi memiliki payudara seperti perempuan, sebagai simbol pria dan wanita. Ia penjelmaan dewa tetapi hidup sebagai rakyat jelata, sebagai simbol atasan dan bawahan.
Keistimewaan
Semar merupakan tokoh pewayangan ciptaan pujangga lokal. Meskipun statusnya hanya sebagai abdi, namun keluhurannya sejajar dengan Prabu Kresna dalam kisah Mahabharata. Jika dalam perang Baratayuda menurut versi aslinya, penasihat pihak Pandawa hanya Kresna seorang, maka dalam pewayangan, jumlahnya ditambah menjadi dua, dan yang satunya adalah Semar.
Semar dalam karya sastra hanya ditampilkan sebagai pengasuh keturunan Resi Manumanasa, terutama para Pandawa yang merupakan tokoh utama kisah Mahabharata. Namun dalam pementasan wayang yang bertemakan Ramayana, para dalang juga biasa menampilkan Semar sebagai pengasuh keluarga Sri Rama ataupun Sugriwa. Seolah-olah Semar selalu muncul dalam setiap pementasan wayang, tidak peduli apapun judul yang sedang dikisahkan.
Dalam pewayangan, Semar bertindak sebagai pengasuh golongan kesatria, sedangkan Togog sebagai pengasuh kaum raksasa. Dapat dipastikan anak asuh Semar selalu dapat mengalahkan anak asuh Togog. Hal ini sesungguhnya merupakan simbol belaka. Semar merupakan gambaran perpaduan rakyat kecil sekaligus dewa kahyangan. Jadi, apabila para pemerintah - yang disimbolkan sebagai kaum kesatria asuhan Semar - mendengarkan suara rakyat kecil yang bagaikan suara Tuhan, maka negara yang dipimpinnya pasti menjadi nagara yang unggul dan sentosa.
(Sumber: Wikipedia, Indospiritual, dan Koran PR) di sarikan dari http://emonmeong.blogspot.co.id/2011/01/makna-dari-semar-badranaya.html
Blog ini mengajak pembacanya untuk melakukan imut kanjut, artinya membuat senyuman yang manis dan menggemaskan
Kamis, 12 April 2018
Sabtu, 31 Maret 2018
Abah Us-Us
Pada tanggal 8 Mei silam, kita membaca berita, seorabng komedian terkenal kita Abah Us Us, menutup mata. Kini ia telah istirahat abadi di pemakaman keluarga di Ujung Berung, Bandung. Dia atasnya masih penuh dengan krans. Sebuah prosesi yang sederhanay telah dilalui oleh beliau.
Kematian, adalah sesuatu kepastian. dan saat itulah kita mengenang jasa-jasa baik sang mayat. Baik dikenang, buruk dilupa. Doa dijunjung amal disebut. Selalu begitu.
Seorang seniman seperti Abah Us Us, sepanjang hidupnya hanya untuk menghibur orang lain. Kita tak tau ketika seorang artis bersedih, siapakah yang menghiburnya.
Yang pasti ketika sang bintang berpulang, kita menghormatinya. Kekhusyu'an itu tercermin dari tertibnya kita berdoa.
Dan lihatlah dalam film-film, setiasp ada upacara pemakaman, semua begitu tertib, begitu khidmat dan agung. Atau dalam dunia nyata, kenanglah prosesi pemakaman Lady Di. Begitu indah, tertib, aroma kesedihan menyembul dari raut wajah pelayat. Semua rela berdiri memberi penghormatan terakhirnya. , begitu pula ketika prosesi pemakaman sang raja pop Michael Jackson berlangsung. Kata-kata perpisahan dari semua sahabatnya, terutama anak-anak almarhum, membuat kita menguras air mata.
Tapi kenapa, hal itu tak pernah terekam dalam prosesi pemakaman bintang-bintang besar Indonesia. Ketika pemakaman Benyamin S, Dono, Kasino, DOdo Zakaria, bahkan Chrisye, semua prosesi berjalan kehilangan kekhidmatannya.
Kalau saja rekaman pemakaman itu bisa disiarkan lagi, bagaimana para handaitaulan dan kerabat tak memberi tempat yang nyaman untuk keluarga. Mereka semua bahwa terekam kamera sedang asyik ngobrol dan terkekeh-kekeh. Bahkan, para pengusung jenazah Chisye hampir tergelincir karena sulit menapak diantara kerumunan umat. Hilang khusuk.
Seharusnyalah, memberi penghargaan tak hanya sekadar mengantar artis tersebut dengat baik, tapi jauh dari itu, kita bisa membuka karir sang bintang, mempelajari sepak terjangnya, dan kebaikannya yang lain.
Kita jangan hanya mengingat peniti besar yang di selempangkan oleh Abah Us Us dallam setiap penampilannya, tapi kita juga harus membaca ceritanya, sekitar dua pekan sebelum dia pergi, di sebuah televisi, si Abah berkisah, "Hidup mah harus tetep semangat, biar Abah 71 tahun, tapi tetap semangat. Ya ternyata semangat adalah sebuah aba-aba untuk kita selalu berusaha menjadi yang terbaik.
Semoga jika nanti ada artis yang harus pergi, kita mengantarkannya dalam cita rasa yang takzim.
Selain dikenal dengan gaya humor yang khas, sosok pentolan grup komedi D'Bodor, Abah Us Us, juga dikenal suka membaca buku-buku seputar dunia komedi.
"Pengetahuan dia soal komedi sangat luas. Dia sangat suka baca buku-buku soal komedi," kata salah seorang personel grup komedi D'Kabayan, Aom Kusman, saat dihubungi detikbandung via telepon, Sabtu (8/5/2010).
Bagi Aom, Abah Us Us bukan salah seorang inspirator dirinya dalam dunia komedi. Diakuinya Abah Us Us terbilang fenomenal di era 60an. "Dia Jerry Lewis-nya Indonesia," kata Aom.
Abah Us Us menghembuskan nafas terakhirnya, Sabtu (8/5/2010), pukul 06.55 WIB akibat penyakit jantung. Jenazah rencananya akan dimakamkan di pemakaman keluarga di Ujung Berung, setelah disemayamkan di Kota Wisata.(ahy/ern)
Sebelumnya rekan Abah Us-Us dalam D'Bodors Yan Asmi telah lebih dulu menghadap Illahi pada 29 Maret 2010.
Prosesi pemakaman komedian senior Abah Us Us (71) di tempat pemakaman keluarga, Jalan Cirengot, Kelurahan Sukamulya, Kecamatan Cinambo, diiringi hujan gerimis. Ratusan warga pun ikut mengantar kepergian budayawan sunda tersebut ke tempat peristirahatan terakhirnya.
Kang Kusye, rekan Abah Us Us di D'Bodor terlihat memapah istri Abah Us Us, R Iyus Rohana (67), yang tak bisa menahan duka. Tampak anak pertama Abah Us Us, Erie Djaka (39), membantu proses pemakaman yang mulai berlangsung saat adzan Ashar berkumandang. Bahkan Kang Ibing, masuk ke dalam liang lahat untuk membantu memasukan jenazah.
Tampak beberapa rekan almarhum seperti Aom Kusman, Rudi Djamil, dan Sup Yusuf hadir. "Jangan menangis, jangan menangis," ujar Kang Ibing meminta semua orang untuk tak menangis.
Raden Mohammad Yusuf atau dikenal dengan nama Abah Us Us merupakan perokok dan penggemar berat kopi. Meski sakit, ia tidak pernah mengeluh kepada keluarga.
"Abah sehat walafiat meskipun perokok berat, pengopi berat," kata putra sulung Abah Us Us, Erie Djaka saat ditemui di pemakaman, Sabtu (8/5/2010).
Dua malam terakhir, jelas Erie, meski sudah terlihat sesak nafas, Abah Us Us masih saja merokok dan minum kopi. "Bedanya baru seperempat, setengah sudah dibuang nggak habis," katanya.
Bulan Oktober 2009, keluarga sempat memeriksakan kesehatan komedian yang dikenal dengan peniti besarnya. Hasilnya terdapat flek di sekitar paru-paru.
"Baru kemarin masuk rumah sakit, jantungnya sudah membesar, bengkak," jelas Erie.
Senada dengan Erie, anak kedua Ira Kania Defira menuturkan sosok Abah Us Us di matanya terlihat tegar menghadapi penyakit yang dideritanya. "Di depan
anak-anaknya dia tidak pernah mengeluh sakit," katanya.
Pada 1970-an, Raden Achmad Yusuf Wargapranata alias Abah Us Us, bersama Rudy Djamil dan Yus Yusuf mendirikan D'Bodor. Pada 13 Juni mendatang, Abah Us Us tepat berusia 71 tahun. Ia lahir di Bandung.
Sepanjang hidupnya komedian yang dikenal dengan ikon peniti besarnya itu, pernah membintangi sejumlah film di antaranya Darah Tinggi (1960), Benyamin Biang Kerok (1972), Bing Slamet Koboi Cengeng (1974), Permata Bunda (1974), Ali Baba (1974), Keluarga Sinting (1975), Maju Kena Mundur Kena (1983), Pokoknya Beres (1983), Tahu Diri Dong (1984), dan Jual Tampang (1990).
sumber http://abidin76.blogspot.co.id/2012/04/abah-us-us.html
Wa Kepoh
Tokoh pendongeng Sunda legendaris, Ahmad Sutisna atau yang dikenal dengan nama udara Wa Kepoh tutup usia sekitar pukul 10.30 WIB, Sabtu (28\/12\/2013). Penyiar yang terkenal dengan cerita radio \\\'Si Rawing\\\' ini meninggal dunia pada usia 65 tahun.
\\"Meninggal di rumahnya di Kompleks Permata Indah Arcamanik Blok D No 9,\\" ujar Sonny Amilar Sono, rekan almarhum yang juga juga masih aktif di media radio.
Sonny menuturkan, Wa Kepoh meninggal dunia karena sakit yang dideritanya. \\"Beliau 3 tahun terakhir ini memang dalam kondisi stroke,\\" tuturnya.
Rencananya, Wa Kepoh akan dimakamkan di TMP Cikutra Bandung petang ini. \\"Ini tinggal menunggu anaknya dari Garut,\\" kata Sonny.
Bagi masyarakat Bandung khususnya mereka generasi tahun 80-an, nama Wa Kepoh bukalah nama yang asing. Saat itu, di sebuah radio terdapat sebuah acara drama atau dongeng radio yang begitu populer. Acara tersebut dibawakan oleh Ahmad Sutisna dengan nama radio Wa Kepoh.
Wa Kepoh pandai membuat berbagai karakter suara untuk menciptakan sebuah cerita hingga begitu menarik. Karakter kakek-kakek, nenek-nenek, bapak-bapak, ibu-ibu, pemuda, remaja hingga anak kecil bisa ia tirukan seolah terdapat banyak tokoh.
\\"Meninggal di rumahnya di Kompleks Permata Indah Arcamanik Blok D No 9,\\" ujar Sonny Amilar Sono, rekan almarhum yang juga juga masih aktif di media radio.
Sonny menuturkan, Wa Kepoh meninggal dunia karena sakit yang dideritanya. \\"Beliau 3 tahun terakhir ini memang dalam kondisi stroke,\\" tuturnya.
Rencananya, Wa Kepoh akan dimakamkan di TMP Cikutra Bandung petang ini. \\"Ini tinggal menunggu anaknya dari Garut,\\" kata Sonny.
Bagi masyarakat Bandung khususnya mereka generasi tahun 80-an, nama Wa Kepoh bukalah nama yang asing. Saat itu, di sebuah radio terdapat sebuah acara drama atau dongeng radio yang begitu populer. Acara tersebut dibawakan oleh Ahmad Sutisna dengan nama radio Wa Kepoh.
Wa Kepoh pandai membuat berbagai karakter suara untuk menciptakan sebuah cerita hingga begitu menarik. Karakter kakek-kakek, nenek-nenek, bapak-bapak, ibu-ibu, pemuda, remaja hingga anak kecil bisa ia tirukan seolah terdapat banyak tokoh.
KOL BUNTUNG
Kintunan Nzam Supriadi
Mending urang jieun dongeng lah...
Bu guru : cik barudak,, saha nu apal ari mobil nu pangpanjangna mobil naon?
Acah : kareta bu guru..
Bu guru : salah... Nu sanesna,,, cikan markonah apal teu?
Markonah : mobil beus bu...
Bu guru : sanes...
Iyek : mobil neureuy kareta bu...
Bu guru : sok kamana karep ari teun teh... Ieu nyaan malah bisa kaharti ku akal sehat..
Barudak hempak ngajawab " naon ath bu,,, da teu apal,,, taluk weh ah"
Bu guru : mobil nu pangpanjangna teh nyeta KOL BUNTUNG
barudak : naha? Pan pondok eta mah..
Bu guru : muhun sakitu teh buntung cobi pami teu barungtung mah kabayang panjangna sakumaha...
š
š
š
š
š
Acah : kareta bu guru..
Bu guru : salah... Nu sanesna,,, cikan markonah apal teu?
Markonah : mobil beus bu...
Bu guru : sanes...
Iyek : mobil neureuy kareta bu...
Bu guru : sok kamana karep ari teun teh... Ieu nyaan malah bisa kaharti ku akal sehat..
Barudak hempak ngajawab " naon ath bu,,, da teu apal,,, taluk weh ah"
Bu guru : mobil nu pangpanjangna teh nyeta KOL BUNTUNG
barudak : naha? Pan pondok eta mah..
Bu guru : muhun sakitu teh buntung cobi pami teu barungtung mah kabayang panjangna sakumaha...
![](https://static.xx.fbcdn.net/images/emoji.php/v9/fce/1/16/1f600.png)
![](https://static.xx.fbcdn.net/images/emoji.php/v9/fce/1/16/1f600.png)
![](https://static.xx.fbcdn.net/images/emoji.php/v9/fce/1/16/1f600.png)
![](https://static.xx.fbcdn.net/images/emoji.php/v9/fce/1/16/1f600.png)
![](https://static.xx.fbcdn.net/images/emoji.php/v9/fce/1/16/1f600.png)
Ceu Kokom Vs Hayam Tasik
Kintunan Mang Benno
Di hiji pasar di Sukabumi Kang Asep Kiridit Rancabanyol arek meuli hayam. Nu dagang awewe geulis ngan rada galak, ngaranna Ceu Kokom.
Asep : "Ceu, kagungan hayam nu ti Tasik teu ?"
Kokom : (mikeun hayam anu beureum bari ngabatin ... aya aya wae ... sugan we ieu cocok). "ieu hayamna, kangge naon bet milarian hayam Tasik ?"
Asep : (bari nimbang beuratna, terus nyolok bujur hayam ku cinggirna) "wah ieu mah sanes hayam Tasik tapi ti Cianjur ... cobi nu sanesna".
Kokom : "Cobi nu ieu"(bari mikeun hayam bodas).
Asep : (nyolok deui bujur hayam) ... "Wah nu ieu mah ti Bogor Ceu...."
Kokom : "Kang upami nu ieu kumaha ?" (bari ngasongkeun nu warna hawuk)
Asep : (nyolok deui bujur hayam) ... "Sanes Ceu... ieu mah hayam Sumedang".
Kokom : (satengah keuheul)... "Kang mangga milarian nyalira wae da seueur hayam mah".
Asep : (bari asup ka kurung hayam .... terus newak hayam nu borontok .. dicolok deui bujurna .... milih deui nu sejen ... dicolok deui ... kitu jeung kitu wae .... tapi teu hasil manggih hayam Tasik ) ... "Teu aya Ceu".
Kokom : (satengah nyentak)... "Kang rek meuli hayam atawa rek nyolokan bujur hayam wungkul ?"
Asep : "Nya bade meser atuh ... ngan nu asli ti Tasik kangge sarat salametan. cobi eta anu di pojok nu hideung teu acan ditingali".
Kokom : (bari mikeun hayam hideung). "Mangga ieu kantun hiji deui nu teu acan dicolokan teh".
Asep : (bari nyolok bujur hayam hideung ... terus ngomong) ... "Tah ieu geuning aya hayam ti Tasik teh .... sabaraha Ceu pangaosna ?"
Kokom : (bari monyong nahan kakeuheul) ... "100 rebu Kang" (padahal biasana ngan 50 rebu).
Asep : (bari mikeun duit 100 rebu) ... "Ceu ari icalan ulah bari ambek ambekan bilih langganan nana kapok".
Asep : (bari nungguam nu keur nalian hayam) "Punten ari Euceu kawitna timana ?"
Kokom : (bari jamotrot jeung nonggengkeun bujurna) .... "Mangga wae ku Akang parios nyalira kawit abdi timana ?"
Asep : "Euleuh euleuuuh..eta si euceu"
Wajah Maniss
Kintunan Riho tanpa irama
Hiji mangsa Wak Hakimi nganjang ka imah Bun Bunyamin, ngobrol uplek pisan sagala rupa diobrolkeun nepi kapoho waktu, keur uplek ngobrol torojol nyi jenong asup ka tengah imah bari mawa cikopi jeung wajit sesa kamari anu disuguhkeun ka salakina..
Nyi Jenong : mangga wak dlileuueut..
Wak Hakimi : nuhun Nyi... ditampi ah..
Nyi Jenong : mangga wak.. saaya aya...
Pas diregot kopi na ku Wak Hakimi cikopi teh amis pisan
Terus wak Hakimi cumarios... duh Nyi kopi teh amis teuing asa kolek... engke mah omat kanggo uwak mah ulah amis teuing.. pan uwak tos manis... ha ha ha
Sabot wak Hamidi ngabarakatak.. Nyi Jenong metot wak Hamidi..bari nyarita "wak ngiring ka dapur kaleresan sayur lodeh kanggo uwak acan digulaan...
Pas didapur wak Hamidi dijenggut ku nyi jenong bari dilelepkeun kana sayur lodeh......
Lumayan dari pada meuli gula....
Kade ka baraya lamun nyemah ka Wings Vit Benevit ulah nyebut wajah manis bisi dilelepkeun kanu sayur...
Cag...
Hiji mangsa Wak Hakimi nganjang ka imah Bun Bunyamin, ngobrol uplek pisan sagala rupa diobrolkeun nepi kapoho waktu, keur uplek ngobrol torojol nyi jenong asup ka tengah imah bari mawa cikopi jeung wajit sesa kamari anu disuguhkeun ka salakina..
Nyi Jenong : mangga wak dlileuueut..
Wak Hakimi : nuhun Nyi... ditampi ah..
Nyi Jenong : mangga wak.. saaya aya...
Pas diregot kopi na ku Wak Hakimi cikopi teh amis pisan
Terus wak Hakimi cumarios... duh Nyi kopi teh amis teuing asa kolek... engke mah omat kanggo uwak mah ulah amis teuing.. pan uwak tos manis... ha ha ha
Sabot wak Hamidi ngabarakatak.. Nyi Jenong metot wak Hamidi..bari nyarita "wak ngiring ka dapur kaleresan sayur lodeh kanggo uwak acan digulaan...
Pas didapur wak Hamidi dijenggut ku nyi jenong bari dilelepkeun kana sayur lodeh......
Lumayan dari pada meuli gula....
Kade ka baraya lamun nyemah ka Wings Vit Benevit ulah nyebut wajah manis bisi dilelepkeun kanu sayur...
Cag...
Senyum Shodaqoh
Kintunan Dewi Dee
Ustadz Adiredja DKM Masjid Jami kampung Rancabanyol ngarasa hemeng ku kalakuan jang Bun Benno, unggal beres sholat maghrib berjamaah nu lain mah tadarus sambil nunggu isya, ieu mah kalahkah melong kencleng sambil nyerengeh.
Kulantaran teu kuat nahan kapanasaran ustadz adiredja nyampeurkeun jang benno nu keur anteng neuteup kencleng bari nyerengeh
"Jang kunaon ditingali ku bapak mah unggal tas beres sholat teh kadon nyerengeh kanu kencleng?"
"Eh ari pak ustadz, sanes pak ustadz nyalira nu nyarios teh, yen senyum itu adalah shodaqoh" jawab jang benno "peupeuriheunmah abi teh teu bisa ngencleng ustadz"
"nya lain kitu maksudna atuh sujang, kudu nyerengeh kanu kencleng" tempas ustadz Adiredja bari neke jang benno.
KOPI UCING
Kintunan ; Mang Benno
Hiji poƩ Ceu Dewi Dee nyuguhan kopi ka mang Soma nu jadi salakina.
Mang Soma: “Nyai, ieu kopi naon, naha rada haseum ?”
Mang Soma: “Nyai, ieu kopi naon, naha rada haseum ?”
Ceu Dewi : “Ieu kopi istimewa, Kang… Ampir sami sareng kopi Luwak anu kasohor tea.”
Mang Soma : “Oh, kitu …. Kopi naon ngarana ?”
Ceu Dewi : “Kopi Ucing, Kang. Abdi ngadamel nyalira, apan praktek Ekonomi Kreatip tea.”
Mang Soma: “Kunaon dibere ngaran kopi Ucing ?”
Ceu Dewi : “Margi diolahna lewat Ucing. Upami kopi Luwak, Kopina didahar ku Luwak heula sateuacan diolah, upami kopi Ucing mah didahar Ucing heula. Teras diolah janten kopi bubuk. Abdi terinspirasi ku Kopi Luwak, namung supados gampil abdi nganggo Ucing wae…da di imah teh pan gaduh 15 ucing.
Mang Soma: “Ucing beukieun Kopi kitu ?”
Ceu Dewi : “Nya eta, henteu….tapi da kudu kreatip Kang, Kopina ku abdi dirĆ©ndos rada kasar, teras dicampur lauk asin, teras diparabkeun ka Ucing”. (Mang Soma mimiti ngarasa seu’eul).
Taah engkĆ© upami tos kaluar sareng Tai Ucing, teras gerusan kopi teh disaring, teras dipoĆ© dugi ka garing, teras digiling deui. Taah…ieu maah asli, akang anu pertama nyobian kopi Ucing teh, da teu acan pernah disuguhkeun ka nu sanes mah. NembĆ© ka akang diujicobakeunna. Da abdi oge teu wantun nyobian nyalira, rada geuleuh. Kumaha Kang,… Raos kopina?”.
Soma : “Beu..nurustunjung gableg pamajikan tĆ©h teu kabeneran aing mah …. sasangkleng pisan teu boga pipikiran geuning maneh teh… Aing nginum tai Ucing Asli !!..endrin wĆ© sakalian aing atuh gempiiii..!.”
*Awas tong ulah diconto kunu lain
Senin, 26 Maret 2018
Benyamin Sueb
Benyamin Sueb adalah seorang seniman asli Betawi yang sukses menjadi aktor dan penyanyi Indonesia dan meramaikan perfilman Indonesia dengan segudang prestasinya. Ia lahir di Kemayoran, Jakarta, 5 Maret 1939. Benyamin menjadi figur yang melegenda di kalangan masyarakat Betawi khususnya karena berhasil menjadikan budaya Betawi dikenal luas hingga ke mancanegara. Kesuksesan di dunia musik dan film membuat namanya semakin melambung. Lebih dari 75 album musik dan 53 judul film yang ia bintangi adalah bukti keseriusannya di bidang hiburan tersebut.
![benyamin-sueb benyamin-sueb](https://lh3.googleusercontent.com/blogger_img_proxy/AEn0k_vsfyD6CEJ8so6Dw_9Uoze9dYCV6firWlAgJI64ZmemvoRhaffvS9HGPqwqgZnjjuEDK_RuLMDVyRrZDp6Bi3DjE47qrAq8beT2=s0-d)
Biografi Benyamin Sueb dari Biografi Web
Celetukan “muke lu jauh” atau “kingkong lu lawan” pasti mengingatkan masyarakat pada Benyamin Sueb. Sejak kecil, Benyamin Sueb sudah merasakan getirnya kehidupan. Bungsu delapan bersaudara pasangan Suaeb-Aisyah kehilangan bapaknya sejak umur dua tahun. Karena kondisi ekonomi keluarga yang tak menentu, si kocak Ben sejak umur tiga tahun diijinkan ngamen keliling kampung dan hasilnya buat biaya sekolah kakak-kakaknya. Benyamin sering mengamen ke tetangga menyanyikan lagu Sunda Ujang-Ujang Nur sambil bergoyang badan. Orang yang melihat aksinya menjadi tertawa lalu memberikannya recehan 5 sen dan sepotong kue sebagai “imbalan”.
Penampilan Benyaminkecil memang sudah beda, sifatnya yang jahil namun humoris membuat Benyamin disenangi teman-temannya. Seniman yang lahir di Kemayoran, 5 Maret 1939 ini sudah terlihat bakatnya sejak anak-anak.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEikO8DLGHn42EjI9Z0vmJtpPTAs6qqlw41jXfbVmjPZiTzq_iDDTHYzt8ZGdRDuGgNttv_AZHiOJxpUUVLL7aXj5kxD4gXTBqyB54ZGVhyphenhyphenMnYirWau0ogdm62ciwFsjk6Wp1Du6Xdg54Pr2/s400/benyamin-sueb.jpg)
Bakat seninya tak lepas dari pengaruh sang kakek, dua engkong Benyamin yaitu Saiti, peniup klarinet dan Haji Ung, pemain Dulmuluk, sebuah teater rakyat – menurunkan darah seni itu dan Haji Ung (Jiung) yang juga pemain teater rakyat di zaman kolonial Belanda. Sewaktu kecil, bersama 7 kakak-kakaknya, Benyamin sempat membuat orkes kaleng.
Benyamin bersama saudara-saudaranya membuat alat-alat musik dari barang bekas. Rebab dari kotak obat, stem basnya dari kaleng drum minyak besi, keroncongnya dari kaleng biskuit. Dengan “alat musik” itu mereka sering membawakan lagu-lagu Belanda tempo dulu.
Kelompok musik kaleng rombeng yang dibentuk Benyamin saat berusia 6 tahun menjadi cikal bakal kiprah Benyamin di dunia seni. Dari tujuh saudara kandungnya, Rohani (kakak pertama), Moh Noer (kedua), Otto Suprapto (ketiga), Siti Rohaya (keempat), Moenadji (kelima), Ruslan (keenam), dan Saidi (ketujuh), tercatat hanya Benyamin yang memiliki nama besar sebagai seniman Betawi.
Benyamin memulai Sekolah Dasar (dulu disebut Sekolah Rakyat) Bendungan Jago sejak umur 7 tahun. Sifatnya yang periang, pemberani, kocak, pintar dan disiplin, ditambah suaranya yang bagus dan banyak teman, menjadikan Ben sering ditraktir teman-teman sekolahnya.
SD kelas 5-6 pindah ke SD Santo Yusuf Bandung. SMP di Jakarta lagi, masuk Taman Madya Cikini. Satu sekolahan dengan pelawak Ateng. Di sekolah Taman Madya, ia tergolong nakal. Pernah melabrak gurunya ketika akan kenaikan kelas, ia mengancam, “Kalau gue kagak naik lantaran aljabar, awas!” Lulus SMP ia melanjutkan SMA di Taman Siswa Kemayoran. Sempat setahun kuliah di Akademi Bank Jakarta, tapi tidak tamat.
Benyamin mengaku tidak punya cita-cita yang pasti. “Tergantung kondisi,” kata penyanyi dan pemain film yang suka membanyol ini. Benyamin pernah mencoba mendaftar untuk jadi pilot, tetapi urung gara-gara dilarang ibunya. Ia akhirnya menjadi pedagang roti dorong. Pada 1959, ia ditawari bekerja di perusahaan bis PPD, langsung diterima . “Tidak ada pilihan lain,” katanya. Pangkatnya cuma kenek, dengan trayek Lapangan Banteng – Pasar Rumput. Itu pun tidak lama. “Habis, gaji tetap belum terima, dapat sopir ngajarin korupsi melulu,” tuturnya. Korupsi yang dimaksud ialah, ongkos penumpang ditarik, tetapi karcis tidak diberikan.
Ia sendiri mula-mula takut korupsi, tetapi sang sopir memaksa. Sialnya, tertangkap basah ketika ada razia. Benyamin tidak berani lagi muncul ke pool bis PPD. Kabur, daripada diusut.
Baru setelah menikah dengan Noni pada 1959 (mereka bercerai 7 Juli 1979, tetapi rujuk kembali pada tahun itu juga), Benyamin kembali menekuni musik. Bersama teman-teman sekampung di Kemayoran, mereka membentuk Melodyan Boy. Benyamin nyanyi sambil memainkan bongo. Bersama bandnya ini pula, dua lagu Benyamin terkenang sampai sekarang, Si Jampang dan Nonton Bioskop.
Awal karier Benyamin Sueb
Kesuksesan dalam dunia musik diawali dengan bergabungnya Benyamin dengan satu grup Naga Mustika. Grup yang berdomisili di sekitar Cengkareng inilah yang kemudian mengantarkan nama Benyamin sebagai salah satu penyanyi terkenal di Indonesia.
Benyamin Sueb Duet dengan Ida Royani
Selain Benyamin, kelompok musik ini juga merekrut Ida Royani untuk berduet dengan Benyamin. Dalam perkembangannya, duet Benyamin dan Ida Royani menjadi duet penyanyi paling popular pada zamannya di Indonesia. Bahkan lagu-lagu yang mereka bawakan menjadi tenar dan meraih sukses besar. Sampai-sampai Lilis Suryani salah satu penyanyi yang terkenal saat itu tersaingi.
Gambang kromong
Orkes Gambang Kromong Naga Mustika dilandasi dengan konsep musik Gambang Kromong Modern. Unsur-unsur musik modern seperti organ, gitar listrik, dan bass, dipadu dengan alat musik tradisional seperti gambang, gendang, kecrek, gong serta suling bambu.
Setelah Orde Lama tumbang, yang ditandai dengan munculnya Soeharto sebagai presiden kedua, musik Gambang Kromong semakin memperlihatkan jatidirinya. Lagu seperti Si Jampang (1969) sukses di pasaran, dilanjutkan dengan lagu Ondel-Ondel (1971).
Lagu-lagu lainnya juga mulai digemari. Tidak hanya oleh masyarakat Betawi tetapi juga Indonesia. Kompor Mleduk, Tukang Garem, dan Nyai Dasimah adalah sederetan lagunya yang laris di pasaran. Terlebih setelah Bang Ben berduet dengan Bing Slamet lewat lagu Nonton Bioskop, nama Benyamin menjadi jaminan kesuksesan lagu yang akan ia bawakan.
Setelah Ida Royani hijrah ke Malaysia tahun 1972, Bang Ben mencari pasangan duetnya. Ia menggaet Inneke Koesoemawati dan berhasil merilis beberapa album, di antaranya “Nenamu” dengan tembang andalan seperti Djanda Kembang, Semut Djepang, Sekretaris, Penganten Baru dan Pelajan Toko.
Benyamin Sueb masuk Dunia film
Lewat popularitas di dunia musik, Benyamin mendapatkan kesempatan untuk main film. Kesempatan itu tidak disia-siakan. Beberapa filmnya, seperti Banteng Betawi (1971), Biang Kerok (1972), Intan Berduri serta Si Doel Anak Betawi (1976) yang disutradari Syumanjaya, semakin mengangkat ketenarannya. Dalam Intan Berduri, Benyamin mendapatkan piala Citra sebagai Pemeran Utama Terbaik.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiRFTwEMOaGDLJImfA10sW7H9kuYMHtpADQxDCgVXLCwG8F7D_4EMVgfAbFTyYXOKx_hyphenhyphens6uS17M8r7wr93XtDIc18fRA17F2NWH6hQkpXpDCrT936ZwH_Y9Ub6AasZmFCQz_V6ORlyjLP1/s320/benyaminrame.jpg)
Akhir karier Benyamin Sueb
Pada akhir hayatnya, Benyamin juga masih bersentuhan dengan dunia panggung hiburan. Selain main sinetron/film televisi (Mat Beken dan Si Doel Anak Sekolahan) ia masih merilis album terakhirnya dengan grup Rock Al-Haj bersama Keenan Nasution. Lagu seperti Biang Kerok serta Dingin-dingin menjadi andalan album tersebut.
Kontribusi terhadap gambang kromong
Dalam dunia musik, Bang Ben (begitu ia kerap disapa) adalah seorang seniman yang berjasa dalam mengembangkan seni tradisional Betawi, khususnya kesenian Gambang Kromong. Lewat kesenian itu pula nama Benyamin semakin popular. Tahun 1960, presiden pertama Indonesia, Soekarno, melarang diputarnya lagu-lagu asing di Indonesia. Pelarangan tersebut ternyata tidak menghambat karier musik Benyamin, malahan kebalikannya. Dengan kecerdikannya, Bang Ben menyuguhkan musik Gambang Kromong yang dipadu dengan unsur modern.
Benyamin Sueb Meninggal dunia
Benyamin yang telah empat belas kali menunaikan ibadah haji ini meninggal dunia setelah koma beberapa hari seusai main sepak bola pada tanggal 5 September 1995, akibat serangan jantung. Benyamin dimakamkan di TPU Karet Bivak, Jakarta. Ini dilakukan sesuai wasiat yang dituliskannya, agar dia dimakamkan bersebelahan dengan makam Bing Slamet yang dia anggap sebagai guru, teman, dan sosok yang sangat mempengaruhi hidupnya.
Pendidikan
- Sekolah Rakyat Bendungan Jago Jakarta (1946-1951), SD Santo Yosef Bandung (1951-1952)
- SMPN Taman Madya Cikini, Jakarta (1955)
- SMA Taman Siswa, Jakarta (1958)
- Akademi Bank Jakarta (Tidak tamat) ; Kursus Lembaga Pembinaan Perusahaan & Ketatalaksanaan (1960)
- Latihan Dasar Kemiliteran Kodam V Jaya (1960)
- Kursus Lembaga Administrasi Negara (1964)
Pengalaman kerja
- Kondektur PPD (1959)
- Bagian Amunisi Peralatan AD (1959-1960)
- Bagian Musik Kodam V Jaya (1957-1968)
- Kepala Bagian Perusahaan Daerah Kriya Jaya (1960-1969)
- Produser dan Sutradara PT Jiung -Film (1974-1979)
Penghargaan
- Piala Citra 1973 dalam film Intan Berduri (Turino Djunaidy, 1972) bersama Rima Melati
- Piala Citra 1975 dalam film Si Doel Anak Modern (Sjuman Djaya, 1975)
- Jalan Landas Pacu Kemayoran diubah menjadi namanya. Hal ini menyebabkan nama Jalan atas namanya lebih panjang daripada nama Jalan Engkongnya Haji Ung.
Keluarga
Benyamin menikah dua kali. Pertama dengan Nonnie pada tahun 1959 (kemudian bercerai pada tanggal 7 Juli 1979 namun rujuk kembali pada tahun yang sama). Hj. Nonnie memberinya lima anak:
- Beib Habbani
- Bob Benito
- Biem Triani
- Beno Rahmat
- Beni Pandawa
Sedangkan anak – anak dari isteri kedua, Alfiah, adalah :
- Bayi Nurhayati
- Billy Sabila
- Bianca Belladina
- Belinda Syahadati
Diskografi
Solo
Solo
- Kancil Kesasar/Kue Onde (Mesra Records)
- Si Jampang (Melodi Record)
- Oom Senang (Mesra Record)
- Brang Breng Brong (Diamond Record)
- Jangkrik Genggong (Mutiara Record)
- Apollo (Indah Records)
- Tukang Tuak (Undah Records)
- Nonton Pecoen (Remaco)
- Keluarga Gila (Remaco)
- Tukang Sado (Remaco)
- Tukang Becak (Remaco)
- Terus Turun (Remaco)
- Steambath (Remaco)
- Dul-Dul Tjak (Mutiara Records)
- Patjaran (Indah Records)
- Ngupi (Remaco)
- Nyari Kutu (Indah Records)
- Tukang Loak (Indah Records)
- Ngibing (J&B)
- Maredel (Remaco)
- Mak Minta Makan Mak (Remaco)
- Anak Sekarang (Remaco)
- Blues Kejepit Pintu (Remaco)
- Bul Bul Efendi (Irama Tara)
- Kicir-Kicir (Remaco)
- Asal Nguap (Indah Records)
- Makan (Remaco)
- Main Congklak (Irama Tara)
- Ketemu Bayi Tabung (Irama Tara)
- Soraya (Fila Records)
- Telepon Cinta (Insan Record/RCA)
- Martabak (Insan Record)
- Ngibing Betawi (Varia Nada Utama)
- Cintaku Berat di Ongkos (Virgo Ramayana Records)
- Assoy (Ben’s Records)
- Duit (Mutiara Records)
- Bayi Tabung (Insan Records)
- Mat Codet (Irama Asia)
- Tua-Tua Komersiel (Gesit Records)
- Saya Bilang (Abadi Records)
- Telepon Umum (Purnama Records)
- Belajar Membaca (Irama Asia)
- Nostalgila (Asia Records)
- Sang Kodok (BBB)
- Biang Kerok Bersama Al Haj (Virgo Ramayana/Ben’s Records)
Duet
- Indehoy bersama Rossy (Mesra Records)
- Tukang Solder bersama Rossy (Diamond Records)
- Es Tape bersama Rossy (Indah Records)
- Tukang Loak bersama Lilis Suryani (Remaco)
- Ngelamar bersama Rita Zahara (Indah Records)
- Tukang Duren bersama Rita Zahara (Indah Records)
- Tukang Kridit bersama Ida Royani (Indah Records)
- Siapa Punya bersama Ida Royani (Indah Records)
- Begini Begitu bersama Ida Royani (Indah Records)
- Tukang Delman bersama Ida Royani (Indah Records)
- Si Mirah Jande Marunde bersama Ida Royani (Indah Records)
- Yang Paling Enak bersama Ida Royani (Dian Records)
- Dunia Terbalik bersama Ida Royani (Dian Records)
- Anak Bapak bersama Ida Royani (Remaco)
- Di Sini Aje bersama Ida Royani (Remaco)
- Item Manis bersama Ida Royani (Remaco)
- Tukang Tape bersama Ida Royani (Irama Mas)
- Perkutut bersama Ida Royani (Remaco)
- Lampu Merah bersama Ida Royani (Remaco)
- Lampu Merah II bersama Ida Royani (Remaco)
- Cinta tak Terbatas bersama Ida Royani (Remaco)
- Aturan Asyik bersama Ida Royani (Remaco)
- Ketemu Lagi bersama Ida Royani (Remaco)
- Jampang and His Wife bersama Inneke Kusumawati (Remaco)
- Janda Kembang bersama Inneke Kusumawati (Remaco)
- Semut Jepang bersama Inneke Kusumawati (Remaco)
- Monyet Nangkring bersama Inneke Kusumawati (Remaco)
- Dokter bersama Inneke Kusumawati (Mutiara)
- Mancing Lindung bersama Herlina Effendy (Remaco)
- Cong-Cong Balicong bersama Herlina Effendy (Remaco)
- Muhammad Ali bersama Herlina Effendy (Remaco)
- Sumur Pompa bersama Herlina Effendy (Remaco)
- Raport Merah bersama Herlina Effendy (Remaco)
- Apanya Dong bersama Euis Darliah (DD Records)
- Apanya Dong II bersama Euis Darliah (DD Records)
- Dicoba Dong bersama Euis Darliah (DD Records)
- Tukang Sate bersama Beno Benyamin (Remaco)
Lawak
- Warung Jakarte (ABC Records)
- Bergurau dan Bernyanyi Bersama Eddy Sud (Purnama Records)
- Paling Enak Bersama Eddy Sud (Purnama Records)
- Sepak Bola Bersama Eddy Sud (Purnama Records)
- Gepeng Menantu Benyamin bersama Srimulat (Pratama Records)
Soundtrack
- Akhir Sebuah Impian (Musica Studios)
- Koboi Ngungsi (Remaco)
Kompilasi
- Parade 68 (Mesra Records)
- Tak Mau Dimadu (Remaco)
- Dunia Masih Lebar (Remaco)
- Ke Pantai Florida (Mutiara)
- Kompal Kampil (Remaco)
- Pijitin (Remaco)
- Artis JK Records (JK Records)
- In Memoriam Benyamin S (Musica Studio)
- Juki (Musica Studios)
Sumber : http://bio.or.id/biografi-benyamin-sueb/
Langganan:
Postingan (Atom)
Daftar Isi
Empowerment TRK bagi Guru dan ASN
Oleh Iwan Rudi Setiawan Setiap Guru dan ASN pasti akan melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya atau biasa disebut...
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjU1rvcnEWUMIBRbsXep9gQNhcSdPKcO36oPGB3L2nQ7RxTiSHW5BFoPHOy9DyP4AB79Jo43xrB_6CCfrClruHUJkvtXHOwdccApx1bpo3mzqIHFmgQZTt7ohPF8bYIt8GLIRVvdJyI1wwcnPJVEKlFLkACvMvshCYmf1j-wVdWqNNPWyjJ-C-hK8yM/s320/WhatsApp%20Image%202022-11-13%20at%2009.10.21.jpeg)
-
Kintunan ABAH AMIN di BANYOLAN SUNDA 16/01-2017 Ojeg: Ongkos Ngajegang Korsi: Cokor di Sisi ATM : Artos Tina Mesin WC : Wayahna Cingogo ...
-
Makna Dari Semar Badranaya Kyai Lurah Semar Badranaya adalah nama tokoh panakawan paling utama dalam pewayangan Jawa dan Sunda. T...
-
Dina dunia humor tulisan atawa lisan topik anu sering dipikaresep teh nyaeta topik anu ngeunaan patula-patalina sareng sex. Dina soal ngukap...