Sabtu, 12 November 2022

Empowerment TRK bagi Guru dan ASN



Oleh

Iwan Rudi Setiawan

Setiap Guru dan ASN pasti akan melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya atau biasa disebut dengan tupoksi, dan pegawai akan menolak jika pekerjaannya tidak sesuai dengan tupoksinya. 

Guru dan ASN akan berusaha datang ke tempat kerja tepat waktu dan pulang tepat waktu pula, sebab jika guru  datang terlambat maka banyak siswa yang dikorbankan, demikian pula jika pulang terlalu cepat bisa mengganggu siswa di kelas lain.

Selanjutnya seorang Guru dan ASN akan melaksanakan pekerjaannya sebaik mungkin untuk meraih karier dan prestasi. Hal tersebut dikarenakan Pegawai dalam bekerja memiliki aturan dan kode etik yang harus dipenuhi.

Zaman dahulu aktivitas  Guru dan ASN jarang diketahui oleh atasan atau rekan kerjanya, sehingga sering ditemukan seorang Guru dan ASN tidak masuk selama berminggu-minggu tanpa alasan. Atau tidak pernah menyerahkan administrasi karena mungkin tidak diminta oleh atasannya. Pada akhirnya tingkat kinerjanya tidak terukur.

Sehubungan dengan permasalahan di atas, maka pemerintah dalam upaya mengukur kinerja dan memberikan motivasi. Maka di keluarkanlah peraturan Gubernur provinsi Jawa Barat  no.8 tahun 2021 tentang Tambahan Penghasilan bagi Pegawai negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat. Peraturan tersebut di tandatangani oleh Gubernur Jawa Barat pada tanggal 29 Januari 2021.

TPP itu sendiri  bertujuan agar Guru dan ASN  meningkat  kesejahteraan  dan motivasi kerjanya. Bagi pimpinan TPP itu bisa mengukur seberapa tingginya tingkat kinerja bawahannya.

Implementasi mengukur tingkat kinerja pegawai maka Pemerintah Provinsi Jawa Barat mengeluarkan aplikasi TRK (Tunjangan Remunerasi Kinerja) bersama KMob (Kehadiran Mobile).

Melalui aplikasi TRK setiap Guru dan ASN harus mengisi aktivitas harian, seperti untuk guru adalah mengisi aktivitas merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil, melakukan bimbingan dan melatih siswa serta Aktivitas tambahan. Bagi Kepala sekolah, Wakil Kepala Sekolah, Guru BP/BK, Kepala Perpustakaan, dan Kepala laboratorium ada tambahan aktivitasnya. Semua aktivitas yang dilakukannya harus mencapai minimal 9000 menit setiap bulannya. Sedangkan aktivitas bulanan nya melaporkan Indikator Kinerja Individu (IKI), Pengisian review 360,  Kuesioner Kinerja GTK dan pengisian minat karir GTK.

Sedangkan  KMob untuk mengecek kehadiran Guru dan ASN, melalui smartphone datang dan pulang selalu tercatat secara real time dan perekaman wajah serta lokasi yang sudah diajukan. Bagi pegawai yang tidak masuk kantor harus mengajukan Ijin terlambat kantor atau ijin pulang cepat, demikian pula bagi pegawai yang harus rapat di luar kantor harus melaporkan  dinas luar. Aktivitas tersebut akan selalu tercatat keterlambatan atau tidak melakukan absensi, di aplikasi Kmob setiap pegawai. 

Di bulan berikutnya rapot dari kinerja  akan terlihat baik oleh pimpinan maupun pegawai itu sendiri rapot nya itu memuat Nilai kinerja, Nilai SKP, Nilai IKI, Nilai pribadi, Total menit aktivitas  utama dan total menit aktivitas tambahan. Nilai perilaku, Orientasi pelayanan, komitmen, kerja sama, inisiatif kerja, aktivitas negatif dan IKP.

Dengan demikian, setelah melihat fitur dan laporan yang disajikan melalui TRK,  maka seyogyanya Guru dan ASN tidak perlu lagi repot- repot menyusun rencana  Sasaran Kinerja Pegawai (SKP), dan target yang harus dicapai yang biasanya dilakukan 2 kali dalam setahun yaitu di awal januari dan di awal bulan juli.   

Melalui aplikasi-aplikasi tersebut pada akhirnya Guru dan ASN wajib memiliki smartphone Android, yang mumpuni, tidak bisa menggunakan HP kentang, yang memori internal nya sangat kecil, karena setiap Aktivitas harus mendokumentasikan melalui foto-foto, bahkan harus menyimpan file dokumen,  melalui word, excell maupun Pdf.

Tidak sedikit banyak Guru dan ASN lainnya sering kehabisan memori Notifikasinya di HP. Kehabisan ruang atau memori tidak cukup. Hal tersebut dikarenakan intensitas penggunaan video dan foto sehari-hari lebih banyak digunakan apalagi ditambah aplikasi-aplikasi lainnya.

 Melalui TRK  semua aktivitas terutama aktivitas guru sudah dapat diisikan, namun  masih banyak Guru dan ASN yang tidak dapat menerjemahkan butir aktivitas yang dapat di input di kinerja nya misalnya seperti menyusun Instrumen identifikasi awal dan assesment diagnostik atau Menyusun analisis konteks/EDS/SWOT satuan pendidikan.

Benar, bahwa bagi generasi Baby boomer aktivitas melalui TRK ini merepotkan. Dan tidak sedikit yang masih gagap teknologi. Sehingga Aktivitas TRK ini bagi baby boomer banyak yang menentangnya, beda lagi dengan generasi millineal yang selalu wellcome, dengan setiap perubahan teknologi.

Saat ini banyak guru dan ASN yang nilai kinerja lebih dari 80 % di mana pada bulan september nilai kinerja nya dinilai sangat buruk. Semoga melalui TRK ini dapat direalisasikan menggandakan TPP  yang telah diterima pada bulan-bulan sebelumnya, dan benar-benar dapat mensejahterakan Guru dan ASN serta dapat memotivasi kinerja guru dan ASN, 

semoga Pemprov  Jabar juara lahir batin bisa tercapai.

Jabar Juara!!!!
 

Senin, 11 Januari 2021

Jenis-Jenis Lembaga Keuangan

 

Jenis-Jenis Lembaga Keuangan

Berdasarkan jenisnya, lembaga keuangan di Indonesia terbagi menjadi dua jenis, yaitu lembaga keuangan Bank dan non-Bank. 

  • Lembaga Keuangan Bank

Bank ini terbagi lagi menjadi empat jenis, yaitu Bank Sentral yang berfungsi untuk menjaga kestabilan perekonomian masyarakat dan dikendalikan oleh Bank Indonesia, Bank Umum yang memberikan layanan jasa keuangan serta transaksi, dan Bank Perkreditan Rakyat yang menerima simpanan dalam bentuk deposito berjangka. Dan Bank Syariah yang produknya berdasarkan syariah

  • Lembaga Keuangan Nonbank

Sementara itu, lembaga non-Bank memberikan berbagai jasa keuangan dan menarik dana dari masyarakat secara depository atau tidak langsung. Beberapa contoh lembaga keuangan yang bukan bank antara lain adalah perusahaan leasing, perusahaan asuransi, perusahaan dana pensiun, bursa efek, pegadaian, reksadana, dan lain-lain. 

TUGAS NOMOR 4

Koperasi Simpan Pinjam adalah termasuk jenis Lembaga Keuangan ?

Minggu, 12 April 2020

Dungusema masa lalu


Ngabejaan bulu Tuur
*SELAYANG PANDANG TENTANG DUNGUSEMA*

Dungusema, yahh…. Dungusema, sebuah nama yang tidak dikenal secara luas. Orang luar tahunya nama Gang Gemah, Ripah Subur, Makmur Denki. Hal itu dikarenakan banyak teman yang menanyakan asal penulis, menyebutkan nama Dungusema, mereka mengernyitkan alisnaya tanda sebuah kebingungan, ketika dijelaskan baru lah mereka secara diraba-raba tahu.
Mari kita kupas arti kata dari dungusema itu.

Dungusema berasal dari dua kata Dungus dan Maung. Dungus berarti tempat atau sarang, yang pada waktu itu sama dengan rungkun atau sebutlah hutan. Maung gak usah dijelaskan. Dengan demikian maka Dungusema itu adalah tempat/sarang Maung. Menurut pak Diidik Supardi  (Alm) warga  RT 05  yang dulu pernah ditanya pada tahun 1987. Cerita Beliau, sebutlah pada waktu itu kampung. Bahwa Dungusema itu memang tidak kelihatan ada sebuah perkampungan,karena jarak dari jalan ke rumah paling depan itu ada kira-kira sekitar 50 Meteran tepatnya rumah Ma Asum atau Pak Mansyur Yang sebelahnya  rumah pak Ustad Abdurohim. (alm) Di RT 01  

Kembali lagi ke asal usulnya Dungusema, Bahwa menurut kakeknya pa Dikdik. Dungusema yang sekarang ini adalah merupakan daerah semak belukar  dan kelihatan angker  sehingga sering digunakan tempat berkumpulnya “Maung-maung” untuk bermusyawarah, sedangkan nama pamoyanan adalah tempat moyannya para maung. Begitu angkernya tempat dungusema ini konon jam 4 sore sudah tidak ada lagi orang yang berkeliaran.

Okey… FAKTA  keberadaan semenjak dahulu hingga sekarang ini ada adalah SUNGAI JANTRA. Sungai yang menjadi pembatas daerah kampung dan jalan raya, dahulu merupakan sungai besar yang mengalir dari sebelah barat sampai timur dungusema. Dan sungai Jantra ini yang membatasi Dungusemad dengan  wilayah Dengki.dan Babakan Priangan. Di pinggir sungai ini ada sebuah pohon Cangkring yang penulis tahu itu pohon sudah gede banget. Letaknya kalau sekarang di belakangnya  PONDOK HIJAU,. Selain itu juga ditumbuhi pohon bunga atau disebut Kembang MAYANG yang banyak dikurung oleh sarang Lebah besar.

Tempat yang sekarang PASAR KEMBAR dulunya merupakan kebun bambu yang sangat rimbun,dan anker  sungai didepannya  sungai yang  dalam dan mengalir sangat deras  melewati curug.
Dengan sungai jantra ini banyak warga yang memanfaatkannya dengan kegiatan mencuci dan bisa meminum air langsung dari sungai. Saking jernihnya.  .Bahkan dijadikan tempat bermainnya anak-anak yang ngetop pada saat itu adalah BALAP DUIT PICIS, yaitu dengan cara melemparkan uang logam ke sungai kemudian siapa yang paling cepet nyampai diaalah juaranya . Kalau jamannya penulis mungkin dengan cara balap paparahuan dan sejenisnya. Cag dulu (Lanjut Bagian 3)


Pendudukan Dungusema
Siapakah yang pertama  mendirikan rumah di Dungusema? Yuk kita lanjut ceritanya.
Mengingat masih jarangnya penduduk di Dungusema, sekitar tahun 1920-an saat pendudukan Belanda menjatuhkan Bom di kota Bandung, Dungusema tidak pernah dijatuhi BOM Hal ini ada kemungkinan Belanda tidak memperkirakan  bahwa  wilayah Dungusema  berpenghuni, karena dilihat dari udara adalah merupakan wilayah yang tidak bertuan akibat rungkun-rungkun  yang tinggi  sebagai pelindungnya..

Konon  yang jadi penghuni paling awal di dungusema adalah Mama/juragan DURASAN yang juga dikenal sebagai “Mpun” (Tempat mohon) , kemudian Mama/Juragan PRAWIRA yang memiliki tanah yang luas dan pernah disewa oleh Tuan SUAR (mungkin yang dipanggil Enggah) untuk istal kuda. Selanjutnya ada Eyang TARI, Mbah JANGKUNG  dan Mama SUMPENA yang rumahnya seitar Rumah Pak KARTA, Juragan ENCUT dan Bapak KARNAEN JAYA. *(Adakah yang mengetahui posisi rumah yang disebutkan diatas)*.
Bagaimana cara  menunjukkan tempat Dungusema saat itu.
Orang luar akan menyebutkan dungusema itu dengan menyebutkan dekat Pabrik laken, di Pabrik ini pernah ditempati sebagai lokasi SMA Negeri 11  Bandung, Kemudia pernah juga dihuni oleh SD YAMI, dan sekarang Kantor Perumtel. Sedangkan yang sekarang Toko Abadi adalah merupakan bekas dari Pabrik Busa yang awalnya adalah pabrik petasan. Demikian PakDikdik menceritakan dengan bersemangat sambil sekali-kali menghisap rokonya.
Untuk menuju daerah dungusema itu pada jaman penjajahan Belanda,  alat transportasi yang paling elit itu adalah sepeda. Memasuki wilayah Dungusema Jalannya becek  dan berlumpur jika musim hujan, sulit mengendarai sepeda yang becek, berlumpur dan licin, Akhirnya  orang yang mau  pergi kearah  wetan mau tidak mau maka  Sepedahlah yang naik orang. Maksudnya Sepedahnya yang di pangku.

Setelah ada pemerintahan rumah-rumah di Dungusema diberikan nomor, dan nomor ini adalah sepertinya nomor dimana rumah yang pertama berdiri, maka itu lah nomernya dengan angka yang paling kecil, contoh nomer rumah kakek saya yang ada di RT 03  bernomor 4A/203 B. Mengapa 203 B? sedangkan rumah Keluarga Pak Jumhana no 28/203 A. di RT 01. Apakah sampai RT 02 yang memperoleh Blok 203 A? perlu ada penelusuran.
 Penggunaan nomor /(garis miring) yang hampir semua orang menyebutkan  dengan kata BLOK. Blok 203  adalah nomor untuk wilayah Cigereleng bagian timur jalan Mulai dari Gang Silih Asih sampai daerah Pamoyanan RW 05. Kelurahan Ciseureuh.  Memasuki Gang Empang sudah menggunakan blok 204. (Ha…ha…ha…. Ini pekerjaan inafis)

Kini wilayah Dungusema sudah banyak rumah-rumah yang berdiri, mulai dari RT 01 sampai dengan RT 06. Jika mengacu kepada PERDA Kota Bandung nomor 02 tahun 2013 tentang Lembaga Kemasyarakatan kelurahan  di Bab IV pasal 6 syarat pembentukan RT Maksimal 75 Kepala Keluarga, berarti  jumlah kepala keluarga di wilayah Dungusema itu 450 Kepala Keluarga, kurang lebihnya. Jumlah penduduknya entah berapa ratus orang mungkin seribuan lebih belum pendatang yang tidak tercatat atau yang mengontrak..Tanya pak RW?

Kamis, 12 April 2018

Asal usul Semar Badranaya

Makna Dari Semar Badranaya




Kyai Lurah Semar Badranaya adalah nama tokoh panakawan paling utama dalam pewayangan Jawa dan Sunda. Tokoh ini dikisahkan sebagai pengasuh sekaligus penasihat para kesatria dalam pementasan kisah-kisah Mahabharata dan Ramayana. Tentu saja nama Semar tidak ditemukan dalam naskah asli kedua wiracarita tersebut yang berbahasa Sansekerta, karena tokoh ini merupakan asli ciptaan pujangga Jawa.

Sejarah Semar
Menurut sejarawan Prof. Dr. Slamet Muljana, tokoh Semar pertama kali ditemukan dalam karya sastra zaman Kerajaan Majapahit berjudul Sudamala. Selain dalam bentuk kakawin, kisah Sudamala juga dipahat sebagai relief dalam Candi Sukuh yang berangka tahun 1439.

Semar dikisahkan sebagai abdi atau hamba tokoh utama cerita tersebut, yaitu Sahadewa dari keluarga Pandawa. Tentu saja peran Semar tidak hanya sebagai pengikut saja, melainkan juga sebagai pelontar humor untuk mencairkan suasana yang tegang.

Pada zaman berikutnya, ketika kerajaan-kerajaan Islam berkembang di Pulau Jawa, pewayangan pun dipergunakan sebagai salah satu media dakwah. Kisah-kisah yang dipentaskan masih seputar Mahabharata yang saat itu sudah melekat kuat dalam memori masyarakat Jawa. Salah satu ulama yang terkenal sebagai ahli budaya, misalnya Sunan Kalijaga. Dalam pementasan wayang, tokoh Semar masih tetap dipertahankan keberadaannya, bahkan peran aktifnya lebih banyak daripada dalam kisah Sudamala.

Dalam perkembangan selanjutnya, derajat Semar semakin meningkat lagi. Para pujangga Jawa dalam karya-karya sastra mereka mengisahkan Semar bukan sekadar rakyat jelata biasa, melaikan penjelmaan Batara Ismaya, kakak dari Batara Guru, raja para dewa.

Asal Usul Semar
Terdapat beberapa versi tentang kelahiran atau asal-usul Semar. Namun semuanya menyebut tokoh ini sebagai penjelmaan dewa.

Dalam naskah Serat Kanda dikisahkan, penguasa kahyangan bernama Sanghyang Nurrasa memiliki dua orang putra bernama Sanghyang Tunggal dan Sanghyang Wenang. Karena Sanghyang Tunggal berwajah jelek, maka takhta kahyangan pun diwariskan kepada Sanghyang Wenang. Dari Sanghyang Wenang kemudian diwariskan kepada putranya yeng bernama Batara Guru. Sanghyang Tunggal kemudian menjadi pengasuh para kesatria keturunan Batara Guru, dengan nama Semar.

Dalam naskah Paramayoga dikisahkan, Sanghyang Tunggal adalah anak dari Sanghyang Wenang. Sanghyang Tunggal kemudian menikah dengan Dewi Rakti, seorang putri raja jin kepiting bernama Sanghyang Yuyut. Dari perkawinan itu lahir sebutir mustika berwujud telur yang kemudian berubah menjadi dua orang pria. Keduanya masing-masing diberi nama Ismaya untuk yang berkulit hitam, dan Manikmaya untuk yang berkulit putih. Ismaya merasa rendah diri sehingga membuat Sanghyang Tunggal kurang berkenan. Takhta kahyangan pun diwariskan kepada Manikmaya, yang kemudian bergelar Batara Guru. Sementara itu Ismaya hanya diberi kedudukan sebagai penguasa alam Sunyaruri, atau tempat tinggal golongan makhluk halus. Putra sulung Ismaya yang bernama Batara Wungkuham memiliki anak berbadan bulat bernama Janggan Smarasanta, atau disingkat Semar. Ia menjadi pengasuh keturunan Batara Guru yang bernama Resi Manumanasa dan berlanjut sampai ke anak-cucunya. Dalam keadaan istimewa, Ismaya dapat merasuki Semar sehingga Semar pun menjadi sosok yang sangat ditakuti, bahkan oleh para dewa sekalipun. Jadi menurut versi ini, Semar adalah cucu dari Ismaya.

Dalam naskah Purwakanda dikisahkan, Sanghyang Tunggal memiliki empat orang putra bernama Batara Puguh, Batara Punggung, Batara Manan, dan Batara Samba. Suatu hari terdengar kabar bahwa takhta kahyangan akan diwariskan kepada Samba. Hal ini membuat ketiga kakaknya merasa iri. Samba pun diculik dan disiksa hendak dibunuh. Namun perbuatan tersebut diketahui oleh ayah mereka. Sanghyang Tunggal pun mengutuk ketiga putranya tersebut menjadi buruk rupa. Puguh berganti nama menjadi Togog sedangkan Punggung menjadi Semar. Keduanya diturunkan ke dunia sebagai pengasuh keturunan Samba, yang kemudian bergelar Batara Guru. Sementara itu Manan mendapat pengampunan karena dirinya hanya ikut-ikutan saja. Manan kemudian bergelar Batara Narada dan diangkat sebagai penasihat Batara Guru.

Dalam naskah Purwacarita dikisahkan, Sanghyang Tunggal menikah dengan Dewi Rekatawati putra Sanghyang Rekatatama. Dari perkawinan itu lahir sebutir telur yang bercahaya. Sanghyang Tunggal dengan perasaan kesal membanting telur itu sehingga pecah menjadi tiga bagian, yaitu cangkang, putih, dan kuning telur. Ketiganya masing-masing menjelma menjadi laki-laki. Yang berasal dari cangkang diberi nama Antaga, yang berasal dari putih telur diberi nama Ismaya, sedangkan yang berasal dari kuningnya diberi nama Manikmaya. Pada suatu hari Antaga dan Ismaya berselisih karena masing-masing ingin menjadi pewaris takhta kahyangan. Keduanya pun mengadakan perlombaan menelan gunung. Antaga berusaha melahap gunung tersebut dengan sekali telan namun justru mengalami kecelakaan. Mulutnya robek dan matanya melebar. Ismaya menggunakan cara lain, yaitu dengan memakan gunung tersebut sedikit demi sedikit. Setelah melewati bebarpa hari seluruh bagian gunung pun berpindah ke dalam tubuh Ismaya, namun tidak berhasil ia keluarkan. Akibatnya sejak saat itu Ismaya pun bertubuh bulat. Sanghyang Tunggal murka mengetahui ambisi dan keserakahan kedua putranya itu. Mereka pun dihukum menjadi pengasuh keturunan Manikmaya, yang kemudian diangkat sebagai raja kahyangan, bergelar Batara Guru. Antaga dan Ismaya pun turun ke dunia. Masing-masing memakai nama Togog dan Semar.

Semar Versi jawa
Semar dalam bahasa Jawa (filosofi Jawa) disebut Badranaya
Bebadra = Membangun sarana dari dasar
Naya = Nayaka = Utusan mangrasul

Artinya : Mengemban sifat membangun dan melaksanakan perintah Allah demi  kesejahteraan manusia

Javanologi : Semar = Haseming samar-samar
Harafiah : Sang Penuntun Makna Kehidupan

Semar tidak lelaki dan bukan perempuan, tangan kanannya keatas dan tangan kirinya kebelakang. Maknanya :

"Sebagai pribadi tokoh semar hendak mengatakan simbul Sang Maha Tunggal". Sedang tangan kirinya bermakna "berserah total dan mutlak serta sekaligus simbol keilmuan yang netral namun simpatik".

Domisili semar adalah sebagai lurah karangdempel / (karang = gersang) dempel = keteguhan jiwa.

Rambut semar "kuncung" (jarwadasa/pribahasa jawa kuno) maknanya hendak mengatakan : akuning sang kuncung = sebagai kepribadian pelayan. Semar sebagai pelayan mengejawantah melayani umat, tanpa pamrih, untuk melaksanakan ibadah amaliah sesuai dengan sabda Ilahi.



Semar barjalan menghadap keatas maknanya :

"dalam perjalanan anak manusia perwujudannya ia memberikan teladan agar selalu memandang keatas (sang Khaliq ) yang maha pengasih serta penyayang umat".

Kain semar Parangkusumorojo: perwujudan Dewonggowantah (untuk menuntun manusia) agar memayuhayuning bawono : menegakan keadilan dan kebenaran di bumi.

Ciri sosok semar adalah:

- Semar berkuncung seperti kanak kanak,namun juga berwajah sangat tua
- Semar tertawannya selalu diakhiri nada tangisan
- Semar berwajah mata menangis namun mulutnya tertawa
- Semar berprofil berdiri sekaligus jongkok
- Semar tak pernah menyuruh namun memberikan konsekwensi  atas nasehatnya

Kebudayaan Jawa telah melahirkan religi dalam wujud kepercayaan terhadap Tuhan yang Maha Esa, yaitu adanya wujud tokoh wayang Semar, jauh sebelum masuknya kebudayaan Hindu, Budha dan Islam di tanah Jawa.

Dikalangan spiritual Jawa ,Tokoh wayang Semar ternyata dipandang bukan sebagai fakta historis, tetapi lebih bersifat mitologi dan symbolis tentang KeEsa-an, yaitu: Suatu lambang dari pengejawantahan expresi, persepsi dan pengertian tentang Illahi yang menunjukkan pada konsepsi spiritual. Pengertian ini tidak lain hanyalah suatu bukti yang kuat bahwa orang Jawa sejak jaman prasejarah adalah Relegius dan ber keTuhan-an yang Maha Esa.

Dari tokoh Semar wayang ini akan dapat dikupas ,dimengerti dan dihayati sampai dimana wujud religi yang telah dilahirkan oleh kebudayaan Jawa .

Semar (pralambang ngelmu gaib) - kasampurnaning pati.




Gambar kaligrafi jawa tersebut bermakna :
Bojo sira arsa mardi kamardikan, ajwa samar sumingkiring dur-kamurkan. Mardika artinya "merdekanya jiwa dan sukma", maksudnya dalam keadaan tidak dijajah oleh hawa nafsu dan keduniawian, agar dalam menuju kematian sempurna tak ternodai oleh dosa.
Manusia jawa yang sejati dalam membersihkan jiwa (ora kebanda ing kadonyan, ora samar marang bisane sirna durka murkamu) artinya : "dalam menguji budi pekerti secara sungguh-sungguh akan dapat mengendalikan dan mengarahkan hawa nafsu menjadi suatu kekuatan menuju kesempurnaan hidup".

Semar Versi Sunda
Badannya pendek, tambun, berkulit hitam pekat tetapi wajahnya putih kepalanya berkuncung sejumput rambut berwarna putih. Tokoh ini bernama Semar. Jabatannya lurah di Desa Karang Tumaritis termasuk wilayah Kabupaten Madukara, Pandawa. Karena itu ia sering pula disebut Lurah Semar atau Lurah Kudapawana.

Abdi dalem Kerajaan Pandawa itu hidup amat sederhana bersama istrinya, Dewi Sutiragen (Sudiragen) seorang putri raja serta tiga anaknya. Ada perbedaan urutan anak-anak Semar di dalam pewayangan Jawa dan Sunda. Dalam pewayangan Jawa, anak sulung Semar bernama Gareng kemudian Petruk dan yang bungsu bernama Bagong. Sedangkan dalam pewayangan Sunda, anak sulung bernama Cepot alias Sastrajingga alias Bagong Kedua bernama Dawala dengan nama kecil Udel, dan yang bungsu bernama Gareng alias Nalagareng.

Keluarga panakawan itu sama sekali tidak ada dalam wayang babon (asli India). Keluarga Semar dan keluarga Togog Wijomantri, adik kandung Semar, benar-benar tokoh artifisial (hasil rekayasa) yang “dilekatkan” pujangga kita ke dalam pewayangan. Karena artifisial, Semar ada pada semua cerita wayang, baik galur yakni babad Lokapala, Ramayana, dan Mahabarata, maupun cerita sempalan.

Meskipun artifisial, keberadaan Semar dalam wayang purwa tidak tampak seperti tempelan. Tokoh itu larut dalam alur cerita dengan peranan yang sangat jelas. Memang dalam cerita babad Lokapala dan Ramayana, Semar tidak punya peran apa-apa kecuali sebagai panakawan (abdi dalem). Begitu pula Togog, ia menjadi pelayan Kerajaan Alengkadirja. Namun pada Mahabarata dan semua sempalannya, justru Semar menjadi tokoh sentral.

Semar “dimasukkan” pencipta lakon sebagai tokoh yang memiliki peran multidimensi, antara lain, pembawa misi kerakyatan, penumpas kejahatan, panakawan sekaligus guru, penghibur atau pelipur lara. Di samping itu ia juga ternyata secara spiritual punya kedudukan tertinggi di antara tokoh wayang. Ia penjelmaan Dewa Ismaya, putra sulung Sanghiang Wenang. Semua dewa di Sawarga Maniloka tunduk pada Ismaya. Batara Guru sebagai penguasa Indraloka itu tidak punya arti apa-apa di hadapan Semar Cipta Ismaya. Ia jadi penguasa hanya karena Ismaya sebagai pewaris takhta sedang menyamar sebagai Semar Lurah Kudapawana.

Di sawarga saja ia sebagai penguasa apalagi di bumi. Pandawa sangat menghormati Semar karena Semarlah pemilik pusaka kerajaan Kalimasada. Pusaka itu dipegang oleh Raja Darmakusumah alias Samiaji sebagai barang titipan. Karena ada Semar, Pandawa selalu terhindar dari malapetaka. Karena ada Semar dan anak-anaknya, cerita dan pertunjukan wayang menjadi segar dan hidup.

Seperti Lengser pada legenda dan babad Sunda, goro-goro dalam sandiwara, atau klon pada drama Shakespeare, Semar dan anak-anak merupakan penghubung antara pertunjukan dan penonton. Melalui Semar dan anak-anaknya, dalang berkomunikasi dengan penonton, menyampaikan pesan, gagasan, dan kritik. Dengan sangat cekatan, dalang “mengeluarkan” Semar dan anak-anaknya dari alur cerita bahkan dari lingkup pertunjukan. Semar dan anak-anaknya bersatu padu dengan penonton. Ia larut dalam kehidupan luas, mengembangkan wacana menjadi dialog. Mereka, Semar dan anak-anaknya benar-benar menjadi manusia biasa, anggota masyarakat, rakyat kecil yang memiliki kebebasan mengeluarkan pendapat. Semar dan anak-anaknya menjadi media dakwah yang sangat efektif.

Pertunjukan wayang tanpa Semar dan anak-anaknya, terasa hambar dan monoton. Karena itu fungsi dan peranan Semar dan anak-anaknya menjadi sangat penting terutama dalam menciptakan suasana dialogis dan komunikatif. Hubungan penonton dengan tontonan menjadi sangat erat. Dalam dunia teater, hubungan harmonis yang juga apresiatif seperti itulah yang bisa membangun suasana musikal.

Meskipun Semar, lengser, goro-goro, dan klon punya fungsi dan peran yang sama, pada sisi lain, Semar punya fungsi dan peran yang bukan hanya sebagai selingan. Semar dan anak-anaknya menjadi lambang sekaligus cermin rakyat. Dengan jabatan lurah, Semar menjadi pemuka masyarakat. Ia dan anak-anaknya menjadi penghubung rakyat dengan pemerintah. Kedudukan Semar sebagai rakyat harus tunduk kepada ketentuan bahkan menjadi abdi negara. Namun pada dasarnya Semarlah (baca: rakyatlah) pemilik negara itu. Artinya Semarlah sebenarnya pemegang kedaulatan Pandawa. Sebagai rakyat ia mengamanatkan kedaulatannya kepada raja. Hal itu dilambangkan dengan Kalimasada, pusaka Semar yang dititipkan kepada Darmakusumah.

Agar kedudukan Semar sebagai pemegang kedaulatan lebih tegas lagi, para wali yang mengadaptasi cerita wayang, membekali Semar dengan kesaktian dan asal-usul yang jauh lebih hebat daripada para Pandawa. Karena itu para dalang menyebut Semar sebagai wayang agung, kelir miraga sukma. Bila perlu, dengan mudah Semar dapat mengambil alih takhta kerajaan. Kesaktian raja dan para putra Pandawa lainnya tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan kesaktian Semar. Akan tetapi Semar tidak melakukan itu. Sebagai rakyat dan abdi negara, ia taat dan tunduk kepada hukum atau aturan main yang berlaku.

Bukankah tatanan seperti itu merupakan prinsip demokrasi? Kalau jawabannya ya, artinya karuhun bangsa kita sudah berpikir demokratis dan itu terjadi sekira abad ke-16 atau abad awal masuknya Islam ke nusantara. Lalu, mengapa lima abad kemudian kita masih belum memahami benar prinsip demokrasi? Sekarang sering kita baca dan sering kita dengar, bangsa kita tengah berada pada era demokratisasi atau berada pada proses demokratisasi bahkan kita masih belajar demokrasi. Itu berarti kita tertinggal jauh bukan saja oleh bangsa lain tetapi juga oleh karuhun kita sendiri.

Silsilah Dan Keluarga
Dalam pewayangan dikisahkan, Batara Ismaya sewaktu masih di kahyangan sempat dijodohkan dengan sepupunya yang bernama Dewi Senggani. Dari perkawinan itu lahir sepuluh orang anak, yaitu:
Batara Wungkuham
Batara Surya
Batara Candra
Batara Tamburu
Batara Siwah
Batara Kuwera
Batara Yamadipati
Batara Kamajaya
Batara Mahyanti
Batari Darmanastiti
Semar sebagai penjelmaan Ismaya mengabdi untuk pertama kali kepada Resi Manumanasa, leluhur para Pandawa. Pada suatu hari Semar diserang dua ekor harimau berwarna merah dan putih.

Manumanasa memanah keduanya sehingga berubah ke wujud asli, yaitu sepasang bidadari bernama Kanistri dan Kaniraras. Berkat pertolongan Manumanasa, kedua bidadari tersebut telah terbebas dari kutukan yang mereka jalani. Kanistri kemudian menjadi istri Semar, dan biasa dipanggil dengan sebutan Kanastren. Sementara itu, Kaniraras menjadi istri Manumanasa, dan namanya diganti menjadi Retnawati, karena kakak perempuan Manumanasa juga bernama Kaniraras.

Pasangan panakawan
Dalam pewayangan Jawa Tengah, Semar selalu disertai oleh anak-anaknya, yaitu Gareng, Petruk, dan Bagong. Namun sesungguhnya ketiganya bukan anak kandung Semar. Gareng adalah putra seorang pendeta yang mengalami kutukan dan terbebas oleh Semar. Petruk adalah putra seorang raja bangsa Gandharwa. Sementara Bagong tercipta dari bayangan Semar berkat sabda sakti Resi Manumanasa.

Dalam pewayangan Sunda, urutan anak-anak Semar adalah Cepot, Dawala, dan Gareng. Sementara itu, dalam pewayangan Jawa Timuran, Semar hanya didampingi satu orang anak saja, bernama Bagong, yang juga memiliki seorang anak bernama Besut.

Bentuk Fisik
Semar memiliki bentuk fisik yang sangat unik, seolah-olah ia merupakan simbol penggambaran jagad raya. Tubuhnya yang bulat merupakan simbol dari bumi, tempat tinggal umat manusia dan makhluk lainnya.

Semar selalu tersenyum, tapi bermata sembab. Penggambaran ini sebagai simbol suka dan duka. Wajahnya tua tapi potongan rambutnya bergaya kuncung seperti anak kecil, sebagai simbol tua dan muda. Ia berkelamin laki-laki, tapi memiliki payudara seperti perempuan, sebagai simbol pria dan wanita. Ia penjelmaan dewa tetapi hidup sebagai rakyat jelata, sebagai simbol atasan dan bawahan.

Keistimewaan
Semar merupakan tokoh pewayangan ciptaan pujangga lokal. Meskipun statusnya hanya sebagai abdi, namun keluhurannya sejajar dengan Prabu Kresna dalam kisah Mahabharata. Jika dalam perang Baratayuda menurut versi aslinya, penasihat pihak Pandawa hanya Kresna seorang, maka dalam pewayangan, jumlahnya ditambah menjadi dua, dan yang satunya adalah Semar.

Semar dalam karya sastra hanya ditampilkan sebagai pengasuh keturunan Resi Manumanasa, terutama para Pandawa yang merupakan tokoh utama kisah Mahabharata. Namun dalam pementasan wayang yang bertemakan Ramayana, para dalang juga biasa menampilkan Semar sebagai pengasuh keluarga Sri Rama ataupun Sugriwa. Seolah-olah Semar selalu muncul dalam setiap pementasan wayang, tidak peduli apapun judul yang sedang dikisahkan.

Dalam pewayangan, Semar bertindak sebagai pengasuh golongan kesatria, sedangkan Togog sebagai pengasuh kaum raksasa. Dapat dipastikan anak asuh Semar selalu dapat mengalahkan anak asuh Togog. Hal ini sesungguhnya merupakan simbol belaka. Semar merupakan gambaran perpaduan rakyat kecil sekaligus dewa kahyangan. Jadi, apabila para pemerintah - yang disimbolkan sebagai kaum kesatria asuhan Semar - mendengarkan suara rakyat kecil yang bagaikan suara Tuhan, maka negara yang dipimpinnya pasti menjadi nagara yang unggul dan sentosa.

(Sumber: Wikipedia, Indospiritual, dan Koran PR) di sarikan dari http://emonmeong.blogspot.co.id/2011/01/makna-dari-semar-badranaya.html

Sabtu, 31 Maret 2018

Abah Us-Us


Pada tanggal 8 Mei silam, kita membaca berita, seorabng komedian terkenal kita Abah Us Us, menutup mata. Kini ia telah istirahat abadi di pemakaman keluarga di Ujung Berung, Bandung. Dia atasnya masih penuh dengan krans. Sebuah prosesi yang sederhanay telah dilalui oleh beliau.
Kematian, adalah sesuatu kepastian. dan saat itulah kita mengenang jasa-jasa baik sang mayat. Baik dikenang, buruk dilupa. Doa dijunjung amal disebut. Selalu begitu.
Seorang seniman seperti Abah Us Us, sepanjang hidupnya hanya untuk menghibur orang lain. Kita tak tau ketika seorang artis bersedih, siapakah yang menghiburnya.
Yang pasti ketika sang bintang berpulang, kita menghormatinya. Kekhusyu'an itu tercermin dari tertibnya kita berdoa.
Dan lihatlah dalam film-film, setiasp ada upacara pemakaman, semua begitu tertib, begitu khidmat dan agung. Atau dalam dunia nyata, kenanglah prosesi pemakaman Lady Di. Begitu indah, tertib, aroma kesedihan menyembul dari raut wajah pelayat. Semua rela berdiri memberi penghormatan terakhirnya. , begitu pula ketika prosesi pemakaman sang raja pop Michael Jackson berlangsung. Kata-kata perpisahan dari semua sahabatnya, terutama anak-anak almarhum, membuat kita menguras air mata.
Tapi kenapa, hal itu tak pernah terekam dalam prosesi pemakaman bintang-bintang besar Indonesia. Ketika pemakaman Benyamin S, Dono, Kasino, DOdo Zakaria, bahkan Chrisye, semua prosesi berjalan kehilangan kekhidmatannya. 
Kalau saja rekaman pemakaman itu bisa disiarkan lagi, bagaimana para handaitaulan dan kerabat tak memberi tempat yang nyaman untuk keluarga. Mereka semua bahwa terekam kamera sedang asyik ngobrol dan terkekeh-kekeh. Bahkan, para pengusung jenazah Chisye hampir tergelincir karena sulit menapak diantara kerumunan umat. Hilang khusuk.
Seharusnyalah, memberi penghargaan tak hanya sekadar mengantar artis tersebut dengat baik, tapi jauh dari itu, kita bisa membuka karir sang bintang, mempelajari sepak terjangnya, dan kebaikannya yang lain.
Kita jangan hanya mengingat peniti besar yang di selempangkan oleh Abah Us Us dallam setiap penampilannya, tapi kita juga harus membaca ceritanya, sekitar dua pekan sebelum dia pergi, di sebuah televisi, si Abah berkisah, "Hidup mah harus tetep semangat, biar Abah 71 tahun, tapi tetap semangat. Ya ternyata semangat adalah sebuah aba-aba untuk kita selalu berusaha menjadi yang terbaik.
Semoga jika nanti ada artis yang harus pergi, kita mengantarkannya dalam cita rasa yang takzim.
Selain dikenal dengan gaya humor yang khas, sosok pentolan grup komedi D'Bodor, Abah Us Us, juga dikenal suka membaca buku-buku seputar dunia komedi. 
"Pengetahuan dia soal komedi sangat luas. Dia sangat suka baca buku-buku soal komedi," kata salah seorang personel grup komedi D'Kabayan, Aom Kusman, saat dihubungi detikbandung via telepon, Sabtu (8/5/2010).
Bagi Aom, Abah Us Us bukan salah seorang inspirator dirinya dalam dunia komedi. Diakuinya Abah Us Us terbilang fenomenal di era 60an. "Dia Jerry Lewis-nya Indonesia," kata Aom.
Abah Us Us menghembuskan nafas terakhirnya, Sabtu (8/5/2010), pukul 06.55 WIB akibat penyakit jantung. Jenazah rencananya akan dimakamkan di pemakaman keluarga di Ujung Berung, setelah disemayamkan di Kota Wisata.(ahy/ern)
Sebelumnya rekan Abah Us-Us dalam D'Bodors Yan Asmi telah lebih dulu menghadap Illahi pada 29 Maret 2010.
Prosesi pemakaman komedian senior Abah Us Us (71) di tempat pemakaman keluarga, Jalan Cirengot, Kelurahan Sukamulya, Kecamatan Cinambo, diiringi hujan gerimis. Ratusan warga pun ikut mengantar kepergian budayawan sunda tersebut ke tempat peristirahatan terakhirnya.
Kang Kusye, rekan Abah Us Us di D'Bodor terlihat memapah istri Abah Us Us, R Iyus Rohana (67), yang tak bisa menahan duka. Tampak anak pertama Abah Us Us, Erie Djaka (39), membantu proses pemakaman yang mulai berlangsung saat adzan Ashar berkumandang. Bahkan Kang Ibing, masuk ke dalam liang lahat untuk membantu memasukan jenazah.
Tampak beberapa rekan almarhum seperti Aom Kusman, Rudi Djamil, dan Sup Yusuf hadir. "Jangan menangis, jangan menangis," ujar Kang Ibing meminta semua orang untuk tak menangis.
Raden Mohammad Yusuf atau dikenal dengan nama Abah Us Us merupakan perokok dan penggemar berat kopi. Meski sakit, ia tidak pernah mengeluh kepada keluarga.
"Abah sehat walafiat meskipun perokok berat, pengopi berat," kata putra sulung Abah Us Us, Erie Djaka saat ditemui di pemakaman, Sabtu (8/5/2010).
Dua malam terakhir, jelas Erie, meski sudah terlihat sesak nafas, Abah Us Us masih saja merokok dan minum kopi. "Bedanya baru seperempat, setengah sudah dibuang nggak habis," katanya.
Bulan Oktober 2009, keluarga sempat memeriksakan kesehatan komedian yang dikenal dengan peniti besarnya. Hasilnya terdapat flek di sekitar paru-paru.
"Baru kemarin masuk rumah sakit, jantungnya sudah membesar, bengkak," jelas Erie.
Senada dengan Erie, anak kedua Ira Kania Defira menuturkan sosok Abah Us Us di matanya terlihat tegar menghadapi penyakit yang dideritanya. "Di depan
anak-anaknya dia tidak pernah mengeluh sakit," katanya.
Pada 1970-an, Raden Achmad Yusuf Wargapranata alias Abah Us Us, bersama Rudy Djamil dan Yus Yusuf mendirikan D'Bodor. Pada 13 Juni mendatang, Abah Us Us tepat berusia 71 tahun. Ia lahir di Bandung. 
Sepanjang hidupnya komedian yang dikenal dengan ikon peniti besarnya itu, pernah membintangi sejumlah film di antaranya Darah Tinggi (1960), Benyamin Biang Kerok (1972), Bing Slamet Koboi Cengeng (1974), Permata Bunda (1974), Ali Baba (1974), Keluarga Sinting (1975), Maju Kena Mundur Kena (1983), Pokoknya Beres (1983), Tahu Diri Dong (1984), dan Jual Tampang (1990).

sumber http://abidin76.blogspot.co.id/2012/04/abah-us-us.html

Wa Kepoh

Tokoh pendongeng Sunda legendaris, Ahmad Sutisna atau yang dikenal dengan nama udara Wa Kepoh tutup usia sekitar pukul 10.30 WIB, Sabtu (28\/12\/2013). Penyiar yang terkenal dengan cerita radio \\\'Si Rawing\\\' ini meninggal dunia pada usia 65 tahun.

\\"Meninggal di rumahnya di Kompleks Permata Indah Arcamanik Blok D No 9,\\" ujar Sonny Amilar Sono, rekan almarhum yang juga juga masih aktif di media radio.

Sonny menuturkan, Wa Kepoh meninggal dunia karena sakit yang dideritanya. \\"Beliau 3 tahun terakhir ini memang dalam kondisi stroke,\\" tuturnya.

Rencananya, Wa Kepoh akan dimakamkan di TMP Cikutra Bandung petang ini. \\"Ini tinggal menunggu anaknya dari Garut,\\" kata Sonny.

Bagi masyarakat Bandung khususnya mereka generasi tahun 80-an, nama Wa Kepoh bukalah nama yang asing. Saat itu, di sebuah radio terdapat sebuah acara drama atau dongeng radio yang begitu populer. Acara tersebut dibawakan oleh Ahmad Sutisna dengan nama radio Wa Kepoh.

Wa Kepoh pandai membuat berbagai karakter suara untuk menciptakan sebuah cerita hingga begitu menarik. Karakter kakek-kakek, nenek-nenek, bapak-bapak, ibu-ibu, pemuda, remaja hingga anak kecil bisa ia tirukan seolah terdapat banyak tokoh.

KOL BUNTUNG


Kintunan Nzam Supriadi

Mending urang jieun dongeng lah...
Bu guru : cik barudak,, saha nu apal ari mobil nu pangpanjangna mobil naon?
Acah : kareta bu guru..
Bu guru : salah... Nu sanesna,,, cikan markonah apal teu? 
Markonah : mobil beus bu...
Bu guru : sanes...
Iyek : mobil neureuy kareta bu...
Bu guru : sok kamana karep ari teun teh... Ieu nyaan malah bisa kaharti ku akal sehat..
Barudak hempak ngajawab " naon ath bu,,, da teu apal,,, taluk weh ah"
Bu guru : mobil nu pangpanjangna teh nyeta KOL BUNTUNG
barudak : naha? Pan pondok eta mah..
Bu guru : muhun sakitu teh buntung cobi pami teu barungtung mah kabayang panjangna sakumaha... ðŸ˜€ðŸ˜€ðŸ˜€ðŸ˜€ðŸ˜€

Daftar Isi

Empowerment TRK bagi Guru dan ASN

Oleh Iwan Rudi Setiawan Setiap Guru dan ASN  pasti akan melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya atau biasa disebut...